Berakhirnya rezim Soeharto memunculkan kelompok orang yang menamakan dirinya sebagai PAM Swakarsa. Gerakan ini terlihat menjadi lawan dalam setiap gerakan mahasiswa yang pada waktu itu semakin marak terjadi.
Sehingga banyak yang menganggap kelompok PAM Swakarsa sebagai boneka pemerintah saat itu yang keteteran menghadapi gerakan mahasiswa. Ada semacam "main mata".
Dari kelompok itulah kiranya yang kemudian menjelma menjadi ormas yang belakangan menamakan diri sebagai FPI. Jika ada kedekatan dengan orang orang dari rezim Soeharto menjadi wajar karena kemungkinan memiliki kepentingan yang sama. Menghadapi suara kritis mahasiswa.
Pada kemudian hari, FPI semakin menunjukkan eksistensi. Untuk merebut suara umat, mereka tampak licik karena memainkan isu agama dengan cara yang penuh kontroversi. Tak ada hari tanpa kontroversi yang diusung oleh FPI.
Mereka rajin menuding siapa pun yang tak sejalan dengan gerudukan. Begitu giat menuding orang lain dengan suara keras yang jelas jelas membuat bising.
Mencapai puncak ketika FPI berhasil menggulingkan Ahok. Kemenangan ini membuat FPI semakin merasa di atad angin. Kontroversi semakin digemari.
Sampai akhirnya hari ini FPI mati. Tak boleh melakukan kegiatan dan tak boleh ada simbol simbol berkaitan dengan FPI di negeri ini.
Jadi, mulai hari ini, kita tak akan bisa lagi menyaksikan kontroversi yang dilakukan FPI. Karena, untuk konferensi pers pun, FPI sudah tak diperbolehkan lagi.
Itulah perjalanan organisasi FPI di negeri ini. Tapi, ke depan tentu masih akan ada kontroversi. Walaupun mungkin ibarat makanan, tinggal remah remah belaka.
Keberanian pemerintah membubarkan FPI patut diacungi jempol. Karena selama ini, ada kesan pemerintah tak berani berbuat apa-apa padahal mereka sudah merajalela.