Siapa menyangka kalau akan mendapatkan berita duka sepagi ini. Kamdi langsung lunglai ketika ditelepon Santi bahwa Komalasari mati bunuh diri, semalam.
Kamdi dan Komalasari sudah pacaran cukup lama. Lima tahun. Walaupun perjalanan kasih mereka tak pernah mulus. Selalu ada pertengkaran. Selalu ada waktu putus. Tapi, kemudian mereka selalu mesra lagi. Mesra lagi. Dan mesra lagi. Kadang malah tampak lebih mesra justru setelah pertengkaran.
Malam semakin larut, dan Kamdi masih belum mampu memejamkan matanya. Pertengkarannya dengan Komalasari menjadi latar belakang kegundahan yang terus bersemayam dalam hati Kamdi.
"Aku harus mampu menemukan jalan keluar soal hubungan nya dengan Komalasari, " tekad Kamdi malam itu.
"Tapi bagaimana? "
Dan Kamdi selalu mentok pada jalan buntu. Selalu saja, ada persoalan baru yang siap menghadang alur cintanya.
"Manikah saja, " saran Nyoman, teman satu kantor yang sering menjadi arena keluhan Kamdi.
"Apakah permasalahan akan selesai? "
"Tidak juga. Sangat bergantung pada kalian berdua. Sampai kapan pun tak pernah selesai. Tapi, paling tidak, dengan menikah, kalian akan berbeda. Apalagi kalo sudah punya anak. Ada sesuatu yang bisa menyatukan perbedaan kalian. "
Kamdi tampak manggut manggut. Bukan hanya mengerti, tapi juga memahami. Bukan hanya memahami tapi juga hendak menjalankannya.