Soekarno dijadikan presiden seumur hidup. Walaupun akhirnya, tersandung dan tak bisa jadi presiden seumur hidup.
Soeharto juga berkali-kali menjadi presiden. Dari saya bayi sampai saya dewasa, presiden nya ya cuma Soeharto. Tak ada yang berani melawan nya. Kecuali para mahasiswa di tahun 1998.
Setelah Reformasi, presiden Habibi cuma setahun. Presiden Gus Dur juga cuma dua tahun. Presiden Megawati cuma tiga tahun.
Kemudian SBY dua periode. Dan, kemudian Jokowi juga dua periode. Saya rasa sudah cukup pembelajaran ini.
Jabatan pertama SBY sangat bagus. Banyak hal mampu diselesaikan. Sehingga orang memilih kembali SBY untuk periode kedua. Lima tahun kali dua berarti 10 tahun.
Pada lima tahun kedua inilah muncul prahara Century. Bahkan prahara Hambalang. Sehingga di periode kedua seakan tak segemilang periode pertama SBY.
Jokowi juga sangat dielu elukan di periode pertama kekuasaannya. Banyak hal dibenahi. Dengan sikap yang penuh keberanian. Persoalan mampu diselesaikan.
Tapi hampir mirip dengan periode kedua SBY. Periode kedua Jokowi juga penuh cedera. Mulai dari UU KPK, hingga UU MK. Dan yang paling terkini adalah UU Cipta Kerja.
Secara psikologis, periode kedua memang tanpa beban. Seperti diungkapkan juga oleh Presiden Jokowi sebelum Pemilu. Tapi, makna tanpa beban ini dimaknai berbeda oleh Jokowi dan rakyat.
Rakyat berharap, makna tanpa beban oleh Jokowi berarti beliau akan semakin berani bertindak. Berani melawan siapa pun demi rakyat negeri ini. Jokowi akan berada di depan rakyatnya melawan para bandit.