Waktu masih kecil dulu, bapakku suka cerita. Aku dan adik adikku senang mendengarkan nya. Salah satu cerita Bapak adalah tentang PKI di kampungku.
Bapakku waktu itu sebagai ketua Banser kampung. Berarti bapakku langsung berkonfrontasi dengan PKI kampungku.
Bapakku menyebutkan nama nama temannya sesama Banser. Bapakku juga menyebutkan orang orang yang berada di kubu sebelah atau sebagai anggota PKI kampungku. Mereka semua masih hidup ketika aku kecil. Aku juga tahu rumah mereka. Bahkan beberapa teman sekolahku anak anak mereka.
Konfrontasi saat itu memang menegangkan. Kelompok Banser punya posko dan PKI juga punya posko. Isu bahwa kubu sebelah akan melakukan penyerangan berseliweran, kata Bapakku. Tapi, bapakku tidak memperbolehkan anak buahnya menyerang duluan. Karena bapakku merasa mereka masih satu keluarga. Kakek nenek dan buyut nya pasti akan ketemu juga.
Dan termasuk untung juga tidak ada saling serang. Tak ada korban di kampung ku satu orang pun pada saat goro goro itu.
Setelah mendengar radio tentang kekalahan PKI di kota, posko PKI di kampung ku langsung bubar. Beberapa orang sempat ketakutan dan melarikan diri ke hutan, tapi kemudian pulang kembali.
Ketika aku kecil dan sudah mulai mengingat banyak hal. Ketika sudah menonton film G30 S PKI, aku sering diam diam liatin orang yang disebutkan bapakku sebagai orang PKI di kampung ku.
Mereka biasa saja. Anaknya yang sekolah bareng aku juga biasa saja. Tidak seram.
Ketika ada tahlilan mereka juga diundang. Mereka datang. Mereka ngobrol dan bercanda biasa. Seperti saudara sekampung, gitu lah.
Dapat dikatakan kampungku memang guyub. Ketika ada kerja bakti, mereka datang semua.