Penggemar Erdogan di negeri ini cukup berlimpah. Rujukan rujukan politik sering diacukan kepadanya. Seolah-olah hanya Erdogan yang patut dijadikan percontohan politik Islam berkemajuan.
Benarkah Erdogan membela Islam atau hanya membela kepentingan politik dirinya belaka?
Peristiwa terakhir adalah ketika Erdogan menyetujui pengalihan status Hagia Sophia menjadi masjid kembali setelah sebelumnya dijadikan Museum oleh Kemal Ataturk. Kalau kita baca penjelasan Kompas hari ini, seharusnya penggemar Erdogan mulai sadar bahwa pengalihan status tersebut hanyalah memenuhi kepentingan politik karena partai Erdogan sudah mulai terjangkiti tanda tanda kekalahan.
Teriakan Erdogan berikutnya adalah pembebasan Masjid Al-Aqsa. Dan ini sudah pasti sulit karena tidak berada di dalam tampuk kekuasaannya. Cenderung asal bunyi saja. Lagi lagi hanya untuk memenuhi kepentingan politik partai nya belaka.
Pujian pujian di negeri ini ternyata tidak berhenti pada pujian belaka. Ada tanda tanda yang mulai jelas bila salah satu calon presiden pada pemilu 2024 di negeri ini juga menggunakan sentimen keagamaan untuk kepentingan politik dirinya belaka.
Mungkin, dia hendak meniru keberhasilan Erdogan yang selama ini menggunakan sentimen keagamaan untuk keberhasilannya meraih dan mempertahankan kekuasaan nya.
Semoga, umat Islam semakin cerdas dalam melihat prilaku prilaku politik politisi. Sehingga tidak termakan oleh isu isu murahan.
Hubungan Erdogan dengan politik dan Islam, ta, hanya sekadar memanfaatkan Islam untuk mendongkrak kepentingan politik nya yang semakin redup.
Persaingan politik di negeri tempat kelahiran Al Fatih tersebut memang sudah lumayan panas. Sehingga harus cerdas memilih isu yang dapat menguntungkan kepentingan politik partai nya.
Semoga olah mengolah seperti itu tak terjadi negeri ini. Tapi, seperti nya agak susah berharap. Karena orang yang dulu terlihat tidak berdinasti pun sudah tercemari.