Pancasila itu harus dipraktikkan. Kalau Pancasila masih terus diperdebatkan, kan dipraktikkan nya? Jangan sampai rakyat negeri ini menganggap bahwa Pancasila sudah mati di kehidupan ini.
Contohnya saja jika kita ingin menjadikan Pancasila sebagai panduan kehidupan bersama adalah di benih lobster. Kok benih lobster? Memangnya ada Pancasila di benih lobster?
Pancasila harus ada dalam sikap hidup bernegara. Memang, kalau kalian buka perut benih lobster tak akan kalian temui Pancasila di sana.
Tapi dalam praktik pengelolaan lobster harusnya ada Pancasila. Maksudnya, harus ada "Keadilan sosial" dicerminkan oleh pengelolaan lobster.
Bu Susi tidak dipilih kembali sebagai Menteri KKP. Padahal, menurut masyarakat, Susi lah menteri paling berhasil dalam pengelolaan laut kita. Susi betul-betul mengejawantahkan sosok Ratu Kidul si Penjaga Laut.
Tanpa kompromi, Susi habisi mafia di lautan. Jangankan mafia lokal, mafia internasional saja lari terbirit-birit takut mantra saktinya "Tenggelamkan! "
Tak ada orang orang parpol yang berani mengusik kegagahan Ratu Laut Selatan dari Pangandaran tersebut. Bibit atau benih lobster dilarang diekspor karena merugikan negeri ini sekaligus hanya menguntungkan eksportir dan pengembang lobster di Vietnam.
Keadilan diwujudkan oleh Bu Susi. ada Pancasila di KKP. Sebelum akhirnya, hampir semua kebijakan Ratu Kidul dianulir oleh Menteri baru. Menteri yang dianggap paling buruk kinerjanya menurut survei.
Paling memuakkan adalah pembukaan kran ekspor benih lobster tersebut. Kritik bertubi-tubi. Dari yang lunak hingga yang keras. Tapi terus bergeming. Ekpor jalan terus.
Kecurigaan muncul ketika kengototan KKP untuk membuka kran ekspor tak menggubris kritikan. Ada apa dibalik kengototan tersebut?
Dan Tempo telah menjawabnya. Perusahaan perusahaan yang diberi izin ekspor lobster ternyata dimiliki oleh para politikus Jakarta. Dan mungkin kawan kawan dari pengambil keputusan di KKP.