Demo itu perjuangan. Perjuangan untuk menyampaikan kepentingan mereka yang terganggu. Menyampaikan aspirasi agar kepentingan mereka tak diabaikan.
Kepentingan dalam sebuah demo bukan sesuatu yang haram. Malah sesuatu yang wajib. Demo tanpa menyampaikan kepentingan kelompoknya, justru menjadi demo yang lucu sekaligus menyedihkan.
Jika tujuan demo untuk menyampaikan kepentingan, maka tak ada demo anarkhis. Karena sikap anarkhistis dalam sebuah demo merupakan pemaksaan kepentingan. Sudah meleceng dari tujuan sebuah demo.
Siapa yang melakukan demo?
Ya, pasti mereka mereka yang kepentingan nya terganggu. Misalnya saja demo buruh. Kenapa buruh demo? Karena kepentingan buruh terganggu. Anggap saja oleh sebuah aturan baru tentang tenaga outsourcing.
Jika buruh tidak melakukan demo padahal kepentingan mereka sengaja dikerdilkan oleh sebuah aturan, justru menjadi sesuatu yang aneh. Buruh harus demo, harus menyampaikan aspirasi atau kepentingannya.
Demikian juga jika mahasiswa demo. Pasti ada kepentingan yang diusung mereka. Walaupun sebagai anak muda, kepentingan yang diusung bukan kepentingan diri mereka sendiri. Bisa jadi, para mahasiswa berdemo karena kepentingan rakyat yang dikangkangi para cukong, misalnya.
Yang aneh, pada akhir akhir ini adalah demo yang dilakukan oleh kelompok itu itu juga. Isu yang diusung berganti ganti, tapi wajah pendemonya mirip, jika tak mau dibilang memang sama.
Apakah satu kelompok memiliki kepentingan yang begitu banyak dan terganggu semua? Tentu sangat tidak mungkin. Itulah yang disebut demo bayaran. Mereka ikut berdemo bukan untuk menyampaikan kepentingan atau aspirasinya. Mereka hadir dalam sebuah demo karena mereka dibayar.