Tahun ini benar-benar banyak bedanya. Kemarin anak anak didikku menganggap dirinya sebagai generasi paling beda. Lulus tanpa UN, bahkan kemungkinan juga tanpa US. Bahkan suka iseng menyebut dirinya generasi Korona.
Ternyata bukan hanya itu, tahun ini juga ada beda Ramadhan-nya. Kemungkinan tahun ini Ramadhan dengan tanpa hingar bingar solat tarawih berjamaah di masjid. Mungkin tarawih tahun ini hanya bisa dilakukan di rumah masing-masing.
Idul Fitri juga kemungkinan tak akan dilakukan. Sayangnya, idul Fitri tak mungkin dilakukan sendiri ataupun berjamaah dengan keluarga di rumah.
Kalau solat idul Fitri tak ada, kemungkinan juga tak akan ada salaman keliling. Padahal asik juga. Karena setahun jarang ketemu tetangga satu erte, jadi pas lebaran asik ketemu mereka.
Lebih menyedihkan lagi, tahun ini juga kemungkinan tak akan bisa mudik. Bertemu keluarga. Bertemu orang tua yang kebetulan masih ada. Ketemu kawan kawan ketika sekolah SD atau SMP.
Dan paling menyedihkan, kabarnya anggaran negara tahun ini tak sesuai rencana. Anggaran negara, selain tersedot untuk menanggulangi pagebluk korona, juga pemasukannya seret.
Sehingga kemungkinan nya, kita sebagai PNS akan lebaran tanpa THR. Sebetulnya sebuah ironi juga, ketika pemerintah tetap mewajibkan pemberian THR terhadap perusahaan perusahaan, tapi dirinya sendiri tak sanggup memberi THR.
Aduh, tahun ini benar benar menjadi tahun keprihatinan. Semoga gaji ketiga belas masih bisa dibayarkan oleh pemerintah, karena gaji ketiga belas sangat dibutuhkan untuk kebutuhan anak-anak sekolah.
Semoga segalanya baik kembali. Semoga anggaran tak dikorupsi. Kami para PNS rela kok jika lebaran tanpa THR.
Jangan sampai koruptor koruptor nya malah dilepasin. Terus, gimana kami gak ngomel kan, Yasonna?
Negeri ini harus lebih baik. Juga KPK-nya ya, Pak Firli. Ke mana aja sudah tiga bulan tak ada kabar?