Pemilihan wakil gubernur DKI sudah usai. Dengan kemenangan Riza Patria. Sesuatu yang sudah dapat diduga sebelum sebelumnya.
Kemenangan Gerindra berarti kekalahan PKS. Padahal PKS adalah pendukung paling loyal kemenangan Anies-sandi waktu pilgub DKI yang lalu.
Ketika Sandi maju mendampingi Prabowo sebagai calon wakil presiden, maka kursi nomor dua di DKI pun kosong. PKS yang bersama Gerindra mendukung pasangan pemenang pilgub DKI sudah bersorak. Jatah wagub diharap harap akan menjadi jatahnya karena Anies sendiri dulu diajukan oleh Gerindra. Sehingga mundur nya Sandi akan menjadi hak PKS.
Namun, berbulan bulan durian runtuh yang diharapkan PKS tidak juga didapatkan. Kesan yang terlihat, Gerindra tak mau memberikan kursi itu. Agak aneh, memang. Tapi, itulah politik.
Perubahan politik di tingkat nasional sudah pasti berdampak pada konstelasi politik di DKI. Bergabungnya Gerindra ke dalam pemerintahan Jokowi dan mendapatkan dua kursi kabinet, membuat Gerindra DKI juga tak bisa tidak ikut gerbong koalisi pemerintahan pusat.
Akibatnya, kursi nomor 2 DKI semakin dekat ke Gerindra daripada PKS. Walaupun PKS sudah mengalah dengan mengubah calon wagubnya yang tadinya dua duanya dari PKS, berubah menjadi satu PKS dan satu Gerindra.
PKS menjadi sendirian, baik di pemerintahan pusat maupun DKI. Dan dari awal juga mungkin sudah merasa kalau akan kalah juga.
PKS memang sebaiknya menjadi oposisi saja. Lebih greget. Daripada menjadi pecundang dalam permainan politik di pusat maupun DKI.
Ya, mungkin bisa sih berkoalisi dengan Demokrat. Tapi, demokrat juga selalu mencari celah untuk kepentingan sendiri. Lihat saja, pasca pilpres ketika Demokrat mencoba peruntungan masuk koalisi pemerintahan walaupun akhirnya belum bisa menghapus luka politik bertahun-tahun lalu.
Ya, PKS memang konsisten. Walaupun kadang harus diterjemahkan dengan arti naif. Karena politik punya seninya sendiri.
Dan selamat untuk wagub baru. Mudah mudahan kerja Anies menjadi lebih terang setelah adanya pendamping.