Lihat ke Halaman Asli

Mochamad Syafei

TERVERIFIKASI

Menerobos Masa Depan

Para Penggali Kubur

Diperbarui: 29 Maret 2020   10:44

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Dok pri

Malam terus bergulir tanpa jeda. Sepotong kelelawar mengepakkan sayapnya agak keras seperti tepuk para iblis yang kadang terdengar lirih. 

Setio masih terjaga. Merokok di belakang rumah yang juga sebuah pemakaman kota.  Setio lupa, entah sudah berapa tahun tinggal di dalam pemakaman.  Ada gubuk kecil yang disediakan oleh pengelola kuburan untuk ditinggali para penggali kuburan. 

Hari ini ada 20 kematian.  Dan semuanya harus segera dikubur.  Biasanya paling lima.  Katanya sih karena kota sedang dilanda pageblug. Sehingga kematian menjadi lebih sering. 

"Aaaah, " setio memutar tubuhnya.  Masih agak terasa pegal karena harus menggali kubur terus menerus seharian. 

Sebetulnya ada 5 penggali kubur, tapi Ratno sama Sam sedang pulang kampung.  Ratno memang sudah lama tak pulang kampung.  Masa sawah tak dibajak bajak, guraunya. Tentu maksudnya Sri istrinya yang setia menunggu di kampung bersama anak semata wayangnya, Isti. 

Sedang Sam pulang kampung karena istrinya melahirkan.  Kemarin katanya bayinya masih sungsang. Semoga saja sekarang sudah berbalik. Kasihan Sam kalau harus mengeluarkan uang banyak. 

Tipar terlihat tertidur pulas.  Sementara Dul lagi bikin kopi. Dul juga gak bisa tidur rupanya. 

"Kamu mau kopi? " tanya Dul. 

"Yo. Sisan, " jawabku. 

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline