Sudah dia puluh lima tahun lebih tidak pernah menginjak ubin rumah sakit umum daerah (RSUD) Kabupaten Tegal yang ada di Slawi. Kemarin ketika ibu di kampung sakit dan dirawat di RSUD dr. Soeselo atau lebih dikenal dengan nama rumah sakit Dukuh Ringin, kembali saya menginjakkan kaki di rs tersebut.
Cukup banyak perubahan. Paling mencolok tentunya kebersihan. Karena saudara saudara saya di kampung pada awalnya tak mau ibu di bawa ke rumah sakit ini karena kebersihan yang kurang dijaga. Sekarang sudah dapat dikatakan oke, bahkan pake buanget.
Waktu bapak sakit juga tidak dirawat di rumah sakit pemerintah ini. Orang di kampung lebih senang dirawat di rumah sakit swasta yang biayanya tak jauh beda dengan pelayanan yang lebih baik.
Tentu bukan pekerjaan mudah mengubah sebuah lembaga menjadi lebih baik dan profesional. Apalagi sebuah lembaga pelayanan umum.
Saya yakin kerja keras bu Umi sebagai bupati Tegal sangat mempengaruhi perubahan tersebut. Komitmen ibu yang katanya pernah menjabat ketua Muslimat NU tersebut memang cukup membanggakan.
Tulisan penolakan terhadap gratifikasi juga tertulis jelas di lorong rumah sakit. Pada awalnya, saya cuma tersenyum yang ditahan. Akan tetapi, saat hendak pulang, dan ada pemarkir mobil di tempat parkir ruma sakit saya beri uang, ternyata dia menolak sambil mengatakan "bayar di loket saja". Ah, ternyata tulisan tolak gratifikasi sudah dihayati sampai ke tukang parkir segala.
Padahal kalau di jakarta sudah biasa bayar parkir doubel. Bayar di loket iya, bayar sama orang yang memarkir di tempat parkir juga iya.
Sampai hari kedua, belum ada singgung menyinggung biaya. Saat saya tanya obat kepada adik yang menunggu juga tak perlu nebus dulu. Sudah disediakan rumah sakit.
Oh, ternyata sudah begitu besar dan dahyatnya perubahan di RS Soeselo Slawi. Terima kasih, Bu Bupati.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H