Ridwan Kamil terpilih sebagai gubernur Jawa Barat. Bukan diusung PKS atau Gerindra sebagaimana ketika Kang Emil mencalonkan diri sebagai Wali kota Bandung.
Kiprah dan pemikiran Kang Emil ini melintasi batas batas kekuasaannya. Jika kekuasaannya hanya meliputi Jawa Barat, maka kiprah dan pemikiran Kang Emil sudah mengindonesia, bahkan mendunia.
Pertarungan kursi presiden tahun 2024 jelas akan terjadi di antara Putra putri terbaik negeri ini. Jokowi dan Prabowo sudah jelas menjadi masa lalu.
Dan Kang Emil, merupakan putra terbaik dari yang ada saat ini. Sebetulnya, gubernur ibukota lebih punya peluang. Tapi Anies telah membuang peluang itu dengan sikap nya yang masih terasa sektarian selama menjabat di balaikota.
Melihat potensi besar Ridwan Kamil, beberapa partai yang selama ini berseberangan, terutama saat pilkada Jawa Barat, mulai memasang kuda kuda. Bahkan serangan serangan serampangan sudah mulai dilakukan.
Paling aktual karena hari ini ada proses klarifikasi oleh Ridwan Kamil, adalah serangan terhadap arsitektur masjid as saffar. Mesjid yang diarsitekturi Kang Emil tersebut diviralkan sebagai mesjid penuh segitiga eluminati, dajjal, dan serangan tak bermoral lainnya.
Serangan terhadap Kang Emil yang mencoba memodernkan arsitektur masjid, bukan persoalan biasa. Ini jelas jelas serangan fajar para bedebah menuju 2024.
Lebih aneh lagi, ketika serangan para bedebah itu dibarengi dengan takbir. Takbir kesombongan diri. Penempatan takbir hanya untuk nafsu mereka.
Takbir sudah bukan pengagungan Allah dan pengecilan ego pribadi, tapi sudah menjadi takbir kesombongan dan intimidasi terhadap pihak lain yang tak sealiran.
Akan tetapi, umat Islam di Jawa Barat, apalagi di Indonesia, sudah mampu berpikir rasional. Bukan Bebek Bebek yang menyerahkan lehernya di hadapan para demagog.
Dan saya yakin, Kang Emil bisa berdiri tegak di depan para bedebah. Walaupun mereka telah menelikung keakbaran kalimah takbir.