Lihat ke Halaman Asli

Mochamad Syafei

TERVERIFIKASI

Menerobos Masa Depan

Pulang

Diperbarui: 13 November 2018   16:50

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Kamu pasti meragukan niatku.

Tak apa.  Aku memahami semua itu.  Aku tak akan marah sama kamu. Karena kamu melarangku karena rasa sayang mu padaku. Aku yakin. Seyakin yakinnya.

Aku cuma berharap kamu bisa memahami kenapa aku ngotot pengin pulang.

Ibu sakit.

Dan urusan ibu, bagiku adalah segalanya.  Ibu bagiku adalah prioritas.  Termasuk jika dibandingkan kamu.

Dua puluh tahun lalu aku pergi meninggalkan rumah.  Meninggalkan ibu.  Karena aku tak sudi melihat bapak kawin lagi.  Dengan Isah.  Pembantu di rumahku.

Entah setan apa yang memasuki nuraninya.  Upayaku menghalangi niatnya mengawini Asih menjadi pertengkaran paling sengit antara aku dan bapak.

Karena Bapak tak mau mendengar omongan ku sama sekali, aku yang pergi.  Dan harus kehilangan ibu.

Ibu sekarang sakit.

Dan aku harus pulang.  Tapi, ada bapak di situ.  Dia masih bugar.  Cuma sekarang dia tak punya apa apa.  Dan ditinggal Asih kawin lagi.

Istri ku merasa pasti akan terjadi perang baratayuda jika aku ketemu bapak.  Dan aku memang masih menyimpan amarah yang tak pernah berkurang satu inci pun.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline