Masalahanya ada di kebencian itu. Kebencian adalah petaka. Bagi siapa saja. Orang biasa atau pun orang luar biasa. Kebencian pasti akan menelan bulat-bulat pemiliknya.
Jauhi kebencian!
Apapun kondisimu; marah, sakit, sedih, harus selalu hindari dari kebencian. Karena kebencian adalah awal dan sekaligus akhir perjalanan. Jika kita tidak segera menyadari, kita akan menjadi lahapan kebencian.
Hindari kebencian!
Agama apa pun selalu melarang setiap dari umatnya untuk memiliki, apalagi beternak kebencian. Tak ada agama yang membolehkan kebencian, asal ... Kebencian tetap kebencian. Buang jauh-jauh dari hidup kalian. Juga hidup kita.
Kebencian akan menjadikan kita tak mampu berbuat adil. Kebencian akan menutup sebelah dan akan memperbesar seblah yang lainnya. Kebencian hanya akan melihat sisi buruk. Bahkan dari perbuatan yang baik. Apalagi perbuatan yang buruk.
Kebencian akan menutup dari sisi positif. Sisi positif selalu dinafikan. Sisi positif akan selalu berusaha untyi dienyahkan.
Maka, kebencian hanya akan membuat kritik menjadi arena untuk menjegal dan menjatuhkan. Tak ada kepuasan sebelum segala keburukan menimpa terhadap orang yang dibenci.
Dan seorang Amin Rais, selalu tampak dengan kemampuan lebihnya dalam melihat sisi jelek dan negatif dari seorang presiden yang sudah jelas-jelas syah menduduki kursi itu. Selalu saja suara sumbang keluar dari Amin Rais untuk Prsedin Jokowi.
Aneh, juga kalau seorang Amin tak mampu berdiri, anggaplah seperti Prof. Mahfud. Yang selalu bisa melihat dari dua sisi. Ketika ada sisi baik dan buruk maka beliau kemukakan dua-duanya dengan adil.
Jokowi bukan malaikat tapi juga bukan setan. Tak selalu benar juga tak selalu salah. Mari kita melihatnya atau mengkritiknya dengan adil, bukan kebencian.