Ada logika orang bodoh dan logika orang gila dalam persoalan parkir di Jakarta. Masalah lama yang tak kunjung usai bahkan hanya dan selalu dijadikan konsumsi politik belaka.
Masa masalah parkir saja tidak pernah terselesaikan?
Pertama, gunakan logika orang bodoh. Dan logika orang bodoh ini selalu dilakukan dan diwacanakan kembali sewaktu waktu oleh orang-orang bodoh pula. Mereka memang sudah terjatuh dalam lingkaran setan. Jadi akan muter-muter sendiri seakan jalan jauh tapi malah hanya melingkar-lingkar.
Apa?
Naikkan tarif parkir! Maka dinaikkanlah tarif parkir. Untuk apa? Untuk mengatasi masalah perparkiran di Jakarta yang tak kunjung selesai. Berhasil? Ya, sudah pasti tidak bisa lah yao! Terus bagaimana? Wacanakan kenaikan tarif parkir lagi. Kalau ditolak warga? Biarkan saja. Kenaikan terus berlanjut. Setelah naik tarif parkir, apakah masalah perparkiran selesai? Tidak! Pasti tidak! Karena kenaikan tarif parkir merupakan solusi orang bodoh.
Mana ada solusi orang bodoh akan benar-benar menjadi solusi?
Kedua, solusi orang gila. Orang gila lebih keren solusinya. Apa? Tutup semua tempat parkir yang ada di Jakarta. Terus? Kan gak ada yang bisa parkir. Mau parkir kendaraan di mana? Orang tempat parkirnya tak ada. Lalu? Tak akan ada orang yang ke mall bawa mobil atau motor. Kalau tak ada tempat parkir dan tak bisa bawa kendaraan pribadi, mau gak mau kan harus naik kendaraan umum.
Hilang deh tuh macet di jalanan.
Akibat ditutupnya tempat parkir bagaimana? Ya, namanya juga orang gila, mana mau mikir panjang. Mikir gila ajah mereka sudah gila beneran. Apalagi kalau mikir panjang, bisa bisa mereka gila beneran dan panjaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaannng. Gila, kan?
Mau kita jadi orang bodoh atau mau jadi orang gila?
Kiiiiita....?