Para pembela agama yang mati-matian itu, ternyata hanya orang-orang bodoh belaka. Mereka tahu ada teks-teks dalam kitab suci, tapi tarikan-tarikan pemahamannya atas teks-teks itu benar-benar dangkal.
Saya tentu tidak sedang bicara agama tertentu. Gejala ini, orang-orang bodoh yang mati-matian membela agamanya merupakan gejala di semua agama. Simak saja berita di Eropa atau Amerika. Simak saja berita di India. Simak saja berita di Timur Tengah.
Agama jelas diturunkan untuk lebih memanusiawikan manusia. Tak ada tujuan lain. Bukan untuk memonopoli kebenaran. Apalagi memonopoli Tuhan. Turunnya sebuah agama pasti merupakan sebuah revolusi sosial yang sangat dasyat. Revolusi dari fakta sosial yang sudsh terdistrosi dari kemanusiaan. Dengan demikian, agama merupakan upaya Tuhan untuk mengembalikan manusia pada fitrah kemanusiaannya.
Kenapa Donal Trump begitu mencurigai Islam? Benarkah ada dalam teks kitab sucinya yang menganjurkan untuk saling mencurigai antarsesama umat beragama?
Kenapa ISIS begitu bersemangat menegakkan khilafah yang berdiri di atas kebenaran mereka? Apakah dalam teks kitab sucinya ada perintah untuk pembantaian yang dilakukan mereka dalam menegakkan apa yang dimauinya?
Sekali lagi, hanya orang-orang cerdas yang mampu memahami agama dengan baik. Tanpa rasa curiga, apalagi rasa permusuhan dengan dendam tanpa ujung.
Tapi dunia ini lebih banyak dihuni oleh orang-orang bodoh. Orang-orang yang ingin memanfaatkan agama demi kepentingan politik dirinya dan kelompoknya.
Kenapa orang-orang bodoh itu terjerumus kepada pembelaaan agama yang membabi buta?
Demagog-demagog itulah yang menghasut mereka. Lihat saja status-status di media sosial yang berisi konten-konten keagamaan. Pasti akan langsung mendapat samberan dari orang bodoh untuk kemudian disebarluasan sambil seoalh-olah menganggap dirinya juga orang beragama hanya karena ikut menyebarluaskan konten agama yang nyata-nyata tak dipahaminya secara hakiki.
Cara yang paling oke untuk menghentikan penyebaran konten-konten keagamaan yang sangat tak logis itu ya harus dilawan dengan penyebaran konten keagaman yang lebih baik. Konten-konten agama yang santun. Hanya saja, para pemuka agama yang santun terjebak untuk tidak bersahabat dengan media sosial. Sehingga, berakibat pada dikuasainya media sosial oleh demagog-demagog penghasut yang menyebarkan konten keagamaan tanpa mau bersusah payah mengajat umat berpikir cerdas.
Mari kembalikan agama sebagai rahmat. Agama apa pun juga. Jangan malah ikut menjadi orang bodoh penyebar konten keagamaan sumir. Jangan malah menjadi orang bodoh pembela agama.