Masa petualangan.
Itulah masa-masa Rara. Seperti dulu Diah juga pernah memimpikannya. Ingin mengenal banyak dunia. Ingin merasakan sebuah teka-teki. Dan sudah mulai tahu dunia laki-laki.
"Bun, tadi Farhan nelepon lagi," kata Rara.
"Siapa Farhan?"
"Anak kelas sembilan, Bun. Anaknya perhatian. Kece pula," jawab Rara penuh rasa bangga.
Seandainya dulu Diah bisa sebebas Rara untuk mencintai laki-laki, pikir Diah. Ah, sudahlah! Tak perlu menyesali masa lalu. Masa lalu toh akan tetap menjadi masa lalu. Hanya sejarah. Kita tak bisa mengubahnya. Apalagi kalau harus menyalahkan orang lain pula.
"Kamu nggak pengin pulang?" tanya Diah.
"Emang Bunda dah mau pulang?"
"Belum sih, nunggu ibu agak sehat dulu."
"Berarti kita masih laam tinggal di sini?"
"Bisa iya, bisa tidak."