Pasca kemunduran Ridwan Kamil dari bursa pencalonan Gubernur DKI, menjadikan Ahok semakin berjaya. Tak ada saingan seimbang. Kalau tak ada peristiwa hebring yang dapt mengubah segalanya, dapat dipastikan Ahok akan kembali menduduki kursinya di Balai kota.
Kalijodo menjadi antiklimaks segalanya. Dapat dikatakan Kalijodo merupakan prestasi monumental Ahok dalam menekuk para pesaingnya. Bahkan Lulung dan Taufik yang selama ini bersuara lantang di seberang jalan Ahok, kini diam seribu bahasa karena serba salah. Kalau sampai berseberangan dengan Ahok dalam hal Kalijodo, mereka memang sama saja dengan bunuh diri. Siapa yang tahu watak politis culas yang siap melakukan atau tak melakukan apa pun demi karier politik dan keuntungan politiknya?
Persoalannya, ada selentingan Ahok akan beriringan dengan PDIP. Ahok akan maju bersama Jarot yang saat ini juga menjadi wakilnya untuk kembali menduduki kursi Jakarta 1 dan 2. Dan semua tahu, kalau Jarot memang kader potensial PDIP. Dan Jarot tak mungkin maju tanpa restu PDIP.
Partai politik sudah mewujud sebagai drakula. Apa pun dan siapa pun yang mendekatinya, pasti akan disedot darahnya. Siapa pun akan menjadi sebagaimana wujud partai politik yang korup dan rakus. Tidak seperti dalam teori bahwa partai politik merupakan pilar demokrasi. Partai politik di negeri ini juastru menjadi penghisap nilai-nilai posituf demokrasi.
Tak terkecuali PDIP. Lihat saja, bagaimana PDIP menyelingkuhi Presiden Jokowi dan juga rakyat negeri ini yang telah memilihnya dan memilih Jokowi dalam hal revisi UU KPK dan pengesahan UU Pengampunan Pajak. PDIP-lah partai yang paling kekeh mengaitkan revisi UU KPK dengan pengesahn UU Pengampunan Pajak. Dan hasilnya, kita semua tahu, keduanya digagalkan karena satu tujuan PDIP tak dikabulkan oleh Presiden dan ditentang dengan lantang oleh nurani negeri ini.
Lalu, Ahok ingin berkolaborasi denagn PDIP?
Maju melalui jalur independen menjadi sesuatu yang sangat diharapkan warga DKI. Warga ibukota yang sudah muak dengan partai politik tak mengingini Ahok dikekang kembali oleh partai politik, walau pengalaman dengan Gerindra telah menunjukkan keberanian Ahon melawan kebejatan partai politik. Akan tetapi, PDIP bukanlah Gerindra. Sikap ambigu dan tak jelasnya sebagai partai pemerintah terhadap sikap dan kebjikan pemerintah sudah ditunjukkan jelas-jelas oleh elite PDIP. Di Jakarta pun kemungkinan mereka akan bertindak sama, mengerangkeng penguasa demi kepentingan-kepentingan sesaatnya.
Ahok jelas harus berhitung. Masih perlukah maju bersama PDIP? Kalau dirugikan dan sepertinya memang begitu, lebih baik maju sendiri saja bersama rakyat. Rakyat lebih besar dari partai mana pun. Rakyat juga memiliki nurani yang lebih indah di tengah kebobrokan partai politik dan elite-elitenya.
Ayo dukung Ahok!
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H