Kemarin saya dapat ajakan untuk ikut tablig penolakan terhadap Syiah melalui facebook. Lalu, iseng-iseng aku bilang ,"Haruskah kita paranoid terhadap Syiah?" dijawab oleh penguurus masjid yang mengajakku, "Wajib bagi setiap muslim." Lalu aku gelitik, "Apa landasannya?" dan dijawab pengurus masjid, "Makanya Bapak dengerin pengajian di masjid." Lalu bersamaan dengan itu, muncul satu jamah dengan kemarahan yang kiranya cukup tinggi karena dia mengulang kalimatnya hingga 5 kali. Dia bilang, "Jangan berdebat, kita cuma ngajak, kalau gak mau ya sudah!"
Catatan saya, di negeri ini, apalagi di Jawa Barat, apalagi di Bekasi (atau daerah-daerah yang PKS-nya berkuasa), ada kesan bahwa masyarakat mayoritas digerakkan untuk menghalau minoritas dari daerah itu. Utamanya, para jamaah Syiah atau Ahmadiyah. Sesuatu yang tidak sehat. Siapa pun seharusnya memang punya hak, sesuai dengan undang-undang, untuk hidup aman dan nyaman di negeri ini. Negara harus melindungi warga negaranya, apa pun keyakinannya dari prilaku-prilaku bringas dan anarkis. Apalagi kalau prilaku itu justru didukung oleh pejabat maka negara harus mengkaji ulang jabatan yang disandang oleh penghasut tersebut.
Catatan lain, umat Islam cenderung marah dalam hal-hal seperti masalah Syiah dan Ahmadiyah. Seperti ketika saya coba mempertanyakan ajakan mereka untuk melakukan tablig penolakan tersebut. Dan seakan-akan ditanamkan bahuwa siapa pun cukup ikut mereka untuk menyatakan keimanan dan keislaman yang benar. Sebuah pemikiran dan sikap bertindak yang sangat-sangat ngawur.
Perilaku seperti di atas tumbuh bagai jamur. Lihat saja di daerah lain yang mengusir kaum Ahmadiyah dari kampungnya. Lalu, mau jadi apa negeri ini?
Mari lawan kaum beringas tak rasional tersebut selagi kita masih waras.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI