Lihat ke Halaman Asli

Mochamad Syafei

TERVERIFIKASI

Menerobos Masa Depan

Bila Malam Bertambah Malam

Diperbarui: 17 Juni 2015   07:48

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Sebuah teras rumah. Hanya ada dua kursi.  Satu kursi kosong.  Di kursi yang satunya  lagi duduk seorang anak kecil.  Kakinya di angkat.  Seperti kedinginan.

Anak  :  Sudah malam.

Terdengar musik dangdut lamat-lamat.  Tidak terlihat orangnya.  Tapi suara musik dangdut itu semakin lama semakin keras.  Seperti para pedagang keliling yang biasa keliling perumahan.  Lamat-lamat, suara musik mennurun seperti sudah melewati rumah kita.

Anak :  Pulang tidak, ya?

Seperti berbicara dengan dirinya sendiri.  Kepalanya dilongokkan ke depan.  Mengucek-ngucek matanya seperti sedang memperjelas penglihatannya.

Anak  :  Bukan!

Lalu anak kecil itu duduk lagi.  Menarik kakinya, seperti kedinginan.  Matanya masih melotot memperhatikan jalan yang di depannya.

Anak  :  Kapan pulang?

Suaranya semakin serak.  Matanya berkaca-kaca.  Tapi, si anak terlihat berusaha untuk tidak menangis.

Anak  :  Semoga tidak macet lagi.

Anak bangun.  Lagi-lagi, melangkah ke depan.  Ke arah jalanan.  Tapi, mukanya kecewa kembali.  Terlihat bayangan seseorang melintas.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline