Pagi masih menemani tidurku. Sabtu memang selalu menjadi hari kemalasan yang mengasyikkan. Tapi Azan Subuh menggelitik nurani, bahwa ada saat-saat yang baik untuk berkencan dengan Ilahi. Maka kukucek mata dan kuniatkan jiwa menuju sebuah bangunan yang agak kusam yang sering disebut orang sebagai musola.
"Besok ayah bisa anter dede latihan futsal?" itulah pertanyaan anakku yang sedang menggandrungi permainan paling memalukan negeri ini karena terlalu seringnya kalah.
Aku diam. Tak tahu harus ngomong apa. Agar tidak mengkerdilkan semangat berolahraganya.
"Bisa, Yah?" tanyanya lagi.
"Ayah besok kan mau ikut test ride Yamaha R25," kataku agak lirih karena tak hendak mengecewakannya.
"Oh, iya," kata anakku dengan senyum mengembang.
"Terus gimana, donk?' tanyaku karena ternyata dia tak kecewa.
"Gak apa-apa, dede libur dulu latihannya," kata Anakku sambil tersenyum. Seakan bangga telah memberikan sesuatu yang paling berharga kepada ayah tercintanya.
Itulah pengorbanan anakku. Demi keinginan Bapaknya ikut test ride Yamaha R25, ia rela mengorbankan aktivitas yang paling ditunggunya selama seminggu.
***
Sehabis subuh, aku meluncur menghitung senti demi senti jalan Kecapi, jalan Hankam, Jalan Pinang Ranti, terus meluncur ke Cililitan, Kalibata, Gatot Subroto, terjebak kemacetan yang tak jelas asal-muasal dan sebab musababnya di pasar Palmerah hingga akhirnya mendarat tepat di Bentara Budaya bertemu jagoan-jagoan dan satu ayaman di situ.