Lihat ke Halaman Asli

Pura-Pura Lupa

Diperbarui: 30 November 2022   13:49

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

M.R. Pangestu

Kalau saja bus datang lebih cepat, pertemuan ini tak mungkin terjadi lagi. Dyl sempat menggerutu. Ketika langkahnya semakin mendekati halte. Di sana, Neyl duduk sendiri, secangkir kopi dalam genggamannya, masih mengepul asapnya. Hari hampir habis, senja sedikit lagi tiba. Memang nikmat minum kopi panas.

Mau tak mau Dyl kembali jumpa dengan Neyl. Neyla Trihasiwi. Bahkan namanya masih melekat diingatan Dyl. Dylonald Marcelio, begitu juga sebaliknya, kala sepasang mata indah Neyl menangkap langkah Dyl yang semakin mendekat. Ia juga masih mengingat nama Dyl, selalu ingat.

"Hai Dylo!" panggilan itu, hanya Neyl yang memanggil Dyl dengan sebutan Dylo. Neyl dengan mata yang cemerlang, seruannya begitu bersemangat. Seperti melihat sesuatu yang menakjubkan. Ya, memang Dyl selalu menakjubkan di mata Neyl. Enggan, Dyl membalas sapa Neyl datar. "Hai." 

Senyum yang hangat itu, Neyl tak pernah menghilangkannya, entah. Tapi Dyl bisa rapuh jika berlama-lama di sana.

"Dylo, duduk dong!" Neyl menggeser duduknya. Memberi ruang yang sebenarnya teramat lapang hanya untuk seorang Dyl yang kecil tubuhnya.

"Aku berdiri aja." Dyl lebih memilih mengorbankan kakinya, lebih memilih pegal kakinya daripada pegal hatinya.

Dyl berdiri di sudut halte, pada sebuah tiang. Naasnya, bagi Dyl sesuatu yang tak menguntungkan hanya berdua dengan Neyl di halte hari itu. Bagi Neyl, sungguh kebetulan yang ajaib, yang menyenangkan bisa bertemu Dylo-nya lagi.

***

Dylo-Neylo, belakangan ditambah 've' di belakangnya. "Dilove-Neylove" terdengar kocak. Tapi begitulah mereka saling sapa saat SMA. Mereka merajut kasih sejak awal masuk SMA, dipertemukan lewat hukuman kakak-kakak OSIS saat masa orientasi siswa. Dari sana, mereka kian dekat. Sejalan, semesta turut membantu. Dewi Fortuna turut merestui keduanya. Mereka dipertemukan kembali dalam satu kelas.

Di kelasnya, bukan lagi rahasia tentang 'apa' yang terjadi di antara Neyl dan Dyl. Mereka menjelma pasangan ideal, idola di kelasnya. Bahkan hampir semua guru pun mengetahuinya. Neyl dan Dyl. Neyl yang cantik, matanya paling digemari, bening bersinar. Dyl yang tampan, senyumnya paling disukai, manis dan meluluhkan. Sempurna.

Satu mimpi, satu visi. Jalan mereka seolah luput dari kerikil. Mulus dan selalu beruntung, kata sebagian orang. Neyl dan Dyl, bukan hanya menjadi pasangan ideal yang sama-sama bagus rupanya, tapi juga prestasinya. Keduanya sama-sama saling bahu membahu membangkitkan prestasi masing-masing. Menyemangati dan sama-sama meraih prestasi.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline