Lihat ke Halaman Asli

Quick Count Itu Survei

Diperbarui: 24 Juni 2015   07:25

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Gadget. Sumber ilustrasi: PEXELS/ThisIsEngineering

Beberapa tahun belakangan ini istilah quick count menjadi sering sekali kita dengar. Terutama setelah ditetapkannya pemilihan kepala pemerintahan –dalam hal ini kepala daerah- melalui mekanisme pemilihan langsung. Istilah ini semakin sering muncul setelah banyak media selalu menampilkan quick count dalam hampir setiap pemilihan kepala daerah (pilkada).

Jadi, begitu mendengar kata quick count ingatan kita akan langsung tertuju pada pemilu kepala daerah (pilkada). Walaupun pada praktiknya quick count juga pernah dilakukan pada saat pemilihan presiden (pilpres). Namun karena pilkada diadakan hampir tiap tahun (di berbagai daerah) sehingga pada akhirnya istilah quick count menjadi identik dengan pilkada.

Sebenarnya apa dan bagaimana quick count itu?

Istilah quick count sendiri jika diterjemahkan ke dalam Bahasa Indonesia menjadi hitung cepat. Sesuai dengan kata penyusunnya, prinsip dasar dari quick count adalah melakukan penghitungan secara cepat. Tujuannya untuk mengetahui perkiraan hasil akhir dari proses penghitungan resmi yang membutuhkan waktu lebih lama.

Lalu bagaimana cara kerja quick count dalam memperkirakan hasil akhir penghitungan resmi? Sederhananya, cara kerja quick count adalah dengan cara menghitung perolehan suara pada beberapa TPS untuk memperkirakan perolehan suara pada keseluruhan TPS. Dan ajaibnya, hasil quick count hampir dipastikan sejalan dengan penghitungan resmi yang dilakukan secara lengkap terhadap keseluruhan TPS.

Lalu bagaimana alur pikirnya sehingga dengan hanya menghitung perolehan suara pada beberapa TPS saja kemudian bisa memperkirakan perolehan suara pada keseluruhan TPS. Untuk itu kita perlu memahami cara kerja quick count.

Cara Kerja Quick Count

Sebenarnya cara kerja quick count sudah sangat sering dilakukan oleh para ibu rumah tangga sehari-hari, yaitu dalam memasak. Mari kita cermati !

Katakan si ibu memasak 100 ikan berkuah santan dalam sebuah panci besar. Selang beberapa waktu, si ibu ingin tau apakah ikan yang dimasak sudah matang semuanya atau belum. Si ibu juga ingin memastikan apakah ikan yang dimasak bumbunya sudah meresap semuanya atau belum. Olehnya diambillah, katakan, 5 buah ikan untuk dicek apakah sudah sesuai dengan yang dinginkan. Untuk memilih 5 buah ikan itu si ibu tidak sembarangan memilih. Si ibu tidak mengambil yang di atas, di tengah, atau dibawah. Tapi, si ibu mengambil secara acak dengan terlebih dulu mengaduk-aduk, harapannya apapun ikan yang diambil nantinya bias menggambarkan ke-100 ikan yang sedang dimasak.

Ternyata setelah dipilih kelima ikan dan dicek, hasilnya kelima ikan itu sudah matang merata dan bumbu sudah meresap. Si ibu kemudian menyimpulkan bahwa semua ikan didalam panik semuanya sudah matang merata dan meresap bumbunya.

Cara kerja quick count pun seperti itu. Untuk memperkirakan siapa kandidat yang unggul dalam perolehan suara maka dipilhlah beberapa TPS untuk dihitung perolehan suara masing-masing kandidat. Cara memilih TPS juga tidak sembarang pilih, ada tekniknya untuk memilih, sehingga TPS yang terpilih nantinya bisa menggambarkan hasil yang kurang lebih sama dengan hasil dari keseluruhan TPS. Itulah gambaran bagaimana cara kerja quick count dalam memperkirakan siapa kandidat yang unggul dalam sebuah pilkada.

Kaidah Statistik

Ada disiplin ilmu yang mempelajari tentang quick count, yaitu statistik. Jadi teknik yang digunakan dalam quick count bukannya tanpa dasar ilmiah. Dalam ilmu statistik teknik yang disebut quick count dinamakan survei. Dalam bahasa yang sederhana, survei adalah cara untuk memperkirakan suatu populasi menggunakan sampel.

Dalam kasus quick count, beberapa TPS yang dipilih disebut sampel. Sedangkan keseluruhan TPS yang akan diperkirakan hasilnya disebut populasi. Dalam kasus ibu memasak, 5 ikan yang dipilih untuk dicek disebut sampel, sementara keseluruhan ikan dalam panik disebut populasi.

Dalam ilmu statistik juga dipelajari cara memilih sampel sehingga sampel yang dipilih bisa menggambarkan populasi. Lalu kenapa harus survei? Salah satu alasannya adalah faktor biaya. Bayangkan berapa biaya yang harus dikeluarkan jika harus menghitung keseluruhan populasi, tentunya membutuhkan biaya lebih banyak jika dibandingkan dengan melakukan survei tentunya menggunakan biaya yang lebih sedikit. Alasan berikutnya adalah waktu, karena yang dicek sampel makanya waktu yang dibutuhkan tentunya lebih cepat dibandingkan jika menghitung keseluruhan populasi pastinya akan butuh waktu lama.

Jadi alasan dipilihnya survei adalah alasan efisiensi, dari segi waktu dan biaya. Dengan biaya sedikit dan waktu yang lebih cepat bisa mendapatkan hasil yang kurang lebih sama dengan populasi.

Barangkali alasan digunakannya kata quick count atau hitung cepat ya karena waktu yang lebih cepat dalam memperkirakan hasil hitungan. (*).

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline