Lihat ke Halaman Asli

Mochamad Difa Satrio Wicaksono

Mahasiswa Ilmu Politik

Resesi Ekonomi Global 2023 dan Dampaknya bagi Indonesia

Diperbarui: 26 Oktober 2022   17:21

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Pada bulan April lalu, International Monetary Fund (IMF) merilis sebuah laporan berjudul World Economic Outlook: War Sets Back the Global Recovery. Dalam laporan ini IMF memberikan peringatan akan kemungkinan terjadinya inflasi dan resesi ekonomi global di 2022/2023. 

Adapun World Bank dalam waktu yang hampir bersamaan pun merilis laporan yang diberi judul “Commodity Markets Outlook: The Impact of the War in Ukraine on Commodity Markets”. Laporan ini berisi prediksi World Bank mengenai kenaikan harga komoditas yang akan terjadi sampai tahun 2024. 

Kenaikan harga komoditas dipicu oleh perang yang terjadi antara Rusia-Ukraina. Perang antara Rusia-Ukraina dan serangkaian embargo ekonomi yang terlahir karenanya memicu krisis makanan, inflasi, dan resesi global (IMF, 2022: World Bank, 2022). Hal yang menarik adalah bahwa dalam laporan ini negara ASEAN-5 termasuk Indonesia, setelah mengalami perkembangan ekonomi sebesar 3,4 persen di 2021 diproyeksikan mengalami peningkatan lebih besar lagi sebesar 5,4 persen (2022) dan 6 persen (2023). Indonesia diproyeksikan untuk mengalami perkembangan ekonomi yang lebih besar dari rata-rata negara ASEAN-5. Lalu apakah resesi ekonomi global yang akan terjadi berpengaruh langsung terhadap aktivitas ekonomi di Indonesia? 

Secara dampak, resesi ekonomi global yang terjadi tidak berpengaruh besar bagi Indonesia, setidaknya dampak yang dirasakan tidak sebesar negara-negara di Eropa. Ketergantungan negara di Eropa terhadap komoditas seperti gandum dan gas akhirnya terpengaruh oleh perang yang terjadi antara Rusia-Ukraina sehingga rantai pasok terganggu bahkan terhenti sepenuhnya. 

Berbeda dengan negara Eropa, kebutuhan energi di Indonesia masih bisa terpenuhi oleh rantai pasok yang ada walaupun kenaikan harga bahan bakar terjadi karena adanya kenaikan harga minyak dunia. Adapun krisis gandum yang terjadi tidak akan berpengaruh bagi Indonesia karena gandum bukan pilihan utama masyarakat Indonesia.




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline