Bunyi roda kereta kuda memacu, menambah kepadatan di kota Monty kala itu, belum lagi asap yang keluar dari cerobong kereta api yang lewat. Jam kota berdentang menandakan waktu sudah menunjukkan pukul 9 pagi.
Seorang pemuda dengan kemeja formalnya menghela nafasnya singkat "hahh, lagi-lagi," ucap pemuda itu sembari merapikan dasinya yang sedikit miring. Tag name bertuliskan Joshua van Eeden tertera jelas di kemeja nya yang terlihat elegan karna terkena cahaya sang surya.
Siapa yang tidak kenal dengan Joshua? Ilmuwan jenius pada abad pertengahan klasik pemuda hebat berhasil menciptakan pesawat tempur yang sanggup membuat musuh langsung menyerah ketika melihatnya. Joshua termaksud Bangsawan yang sangat disegani karna memiliki sifat yang sangat baik dari pada Bangsawan Sombong dan congkak disekitarnya. Saat senggang, tanpa sepengetahuan seorangpun ia akan pergi ke panti asuhan memberikan segunung roti gandum dan bermain bersama anak-anak panti.
Topinya bergeser karena kereta melaju melewati jalan setapak yang terjal, ia tidak mengeluh dan malah kembali masuk kedalam lamunannya kembali. Walau ia bisa saja menciptakan sebuah kendaraan yang lebih canggih dari pada kereta kuda yang sedang ia tumpangi. Namun, ia sama sekali tidak berniat melanjutkan penelitian nya biar saja muridnya berinovasi menciptakan kendaraan tanpa bantuan kuda melainkan mesin.
Kereta kuda berhenti didepan Rumah sakit Gezond. Jadwalnya hari ini adalah mengunjungi rumah sakit tersebut, untuk menyumbangkan peralatan medis yang ia rancang demi kepentingan masyarakat. "Halo tuan muda Joshua, anda datang untung menyumbangkan peralatan medis hebat anda kembali?" Suara lembut mengalun merdu ditelinga Joshua.
Irene, perawat yang sudah lama bekerja di Rumah Sakit Gezond adalah salah satu alasan Joshua sangat sering mengunjungi rumah sakit pinggir kota Monty. Senyum simpul terpaut dibibir joshua "pagi Irene, kamu tampak terlihat cantik pagi ini. Bagaimana dengan kondisi warga di rumah sakit Gezond?" Joshua memuji Irene, gadis yang sudah lama ia taksir. namun Irene tidak peka dengan perasaannya.
Tugas mata pelajaran bahasa Indonesia membuat cerpen
Ferallya Praba M/15/XI-9
Irene dengan hangat menjawab pertanyaan Joshua "seperti biasa, anda sangat ramah. Terimakasih atas pujiannya, Semua orang kelihatan bahagia mendengar tuan muda datang kesini. Peralatan yang kemarin anda sumbangkan sangat membantu, kami sangat berterimakasih Tn. Joshua,"
Setelah lama berbincang, Irene mengajak Joshua untuk masuk melihat kondisi warga yang lain sembari bercerita ditemani gelak tawa. Ditengah perjalanan Irene menghentikan langkahnya kemudian menatap Joshua, "Saya dengar anda akan pergi ke medan perang untuk mengembangkan alat militer. Apakah rumor itu benar?" Joshua yang mendengar itu terdiam seperkian detik kemudian membalas, "Iya benar, aku harus pergi. Ini perintah resmi dari atas, aku tidak dapat menolak,"
Irene terdiam sejenak sebelum akhirnya menarik ujung lengan baju Joshua, "Bolehkah aku ikut? Aku dapat membantu disana," Mohon Irene sedikit terdengar memaksa. Joshua tentu saja berpikir menolak karena menurutnya Irene akan berada dalam bahaya.