Lihat ke Halaman Asli

MOCHAMAD ROZIKIN

Senior Staff Human Resources and General Affair

Cintaku untuk Bumimu

Diperbarui: 21 Oktober 2023   13:38

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Diary. Sumber ilustrasi: PEXELS/Markus Winkler

Bumiku memang tak sebagus bumimu, meskipun kita di bawah langit yang sama. Karena itu aku meninggalkan segala cinta di bumiku untuk mencintai bumimu. Menjadi bagian dari indahnya waktu yang terus bergulir di sini, di negeri matahari terbit. Negeri yang telah menunjukan padaku bagaimana indahnya mimpi yang menjadi kenyataan. Negeri yang telah memberi banyak kesempatan untuk menata masa depan yang lebih baik.

Memang, matahari menjadi raja di sini dengan begitu terik membakar bumi. Tapi semangatku yang berapi-api mengalahkan teriknya sinar matahari di musim panas. Aku yakin tubuhku yang basah karena keringat yang terus berderai sepanjang hari akan membuahkan hasil di kemudian hari. Dengan suara-suara serangga musim panas yang begitu nyaring melengkapi malam beringsang di bumimu. Juga letupan-letupan kembang api yang berhamburan di langit mengucapkan selamat tinggal untuk musim panas.

Cuaca berangsur dingin. Daun-daun mulai menguning. Aku melihat sesuatu yang berbeda yang tak pernah aku lihat di bumiku sebelumnya. Musim gugur. Musim di mana ketika aku berjalan pandanganku akan terus menatap ke arah langit yang begitu biru dan cerah. Hingga daun-daun memerah dan gugur beterbangan bersama angin yang semakin dingin. Aku akan mengenang musim gugur sebagai musim yang mewakili suasana hatiku yang selalu rindu kepada orang-orang yang mengharapkan aku pulang. Orang-orang yang selalu menjadi kekuatan untukku bertahan di sini, karena memang aku serapuh daun-daun musim gugur.

Pohon-pohon mengering, dingin semakin menusuk. Kemerlip lampu mulai dipasang sengaja untuk menghiasi setiap sudut kota di Jepang. Musim dingin telah tiba. Seluruh tubuhku membeku kedinginan, kecuali hatiku yang terus berucap terima kasih pada semesta yang telah mengirim musim dingin untuk kunikmati bersama orang-orang yang bernasib sama denganku, Orang-orang yang sama-sama sedang berjuang. Membungkus tubuhnya dengan jubah tebal untuk menerjang salju merelakan diri demi masa depan.

Hangatnya matahari mulai mengusik dingin yang bertahan cukup lama sebelumnya. Pohon-pohon kering yang terlihat mati mulai mengambil peran. Kuncup mulai merekah perlahan. Bunga-bunga bermekaran di setiap sisi kota di Jepang. Bunga sakura sang primadona menjadi penawar letihku setelah sepekan membanting tulang. Dengan secangkir teh dan candaan dari kawan. Aku menikmati kelopak sakura yang runtuh perlahan di musim semi yang indah. Mungkin benar, Tuhan menciptakan musim semi ketika dengan suasana hati yang riang. Karena musim semi di sini memang membuat hati selalu berbunga-bunga.

Terima kasih. Untuk nyanyian serangga yang merdu di musim panas, untuk daun-daun musim gugur cantik. Juga untuk kemerlip lampu musim dingin yang menghangatkan, dan kelopak-kelopak sakura yang gugur perlahan begitu indah. Saat aku kembali ke bumiku kelak, aku akan merindukan setiap waktu yang aku lewati di sini, di negeri sakura yang sudah aku cintai seperti rumahku sendiri.




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline