Lihat ke Halaman Asli

Ontran-ontran Ngarcopodo Seri 9: Merokok dengan Kaldu Tembakau Part 1

Diperbarui: 8 Mei 2018   18:27

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

"SKAAAAK!!... modyar koe Non" Ujar Bagong sambal meletakkan peluncurnya menyerang telak kejantung pertahanan Lennon, sukses mengunci mati Rajanya, atau jalan keluar lain adalah mengorbankan Patihnya untuk melindungi kelangsungan kerajaannya. 

Seperti halnya Seorang Kader Partai yang rela menjadi "Martir", masuk bui dan di eliminasi dari masyarakat. Alaah tapi hal seperti itu apa menjadi pengaruh pada pandangan masyarakat Nagari Ngarcopodo ini. Paling 1 bulan, 1 bulan, paling banter satu tahun dan Lupa, lalu tahun berikutnya nyaleg lagi jadi Angora kehormatan jadi-jadian lagi ya to? Karena dengan uang derajat Manusia dinegeri ini bisa dipermak dan dipesan sesuai kebutuhan.

"Haduh biyung... piye iki" Lennon kukur-kukur bin garuk-garuk gundulnya tampak kebingungan.

"Anu gini aja Kang Bagong, kalau mundur dua langkah bagaimana, jadi diulangi dua alangkah kebelakang kayaknya yang tadi salah langkah ini tak gratisin kopi wis nanti, bagai mana ya.. ya.. ya.. " Lennon pringas-pringis merasa kesulitan mencari jalan keluar manawar bak orang parpol, tawar sana-sini untuk cari koalisi yang menguntungkan.

"Aaaah.. mooh, ndak mau, tawaranmu kurang menarik. Nas ora iso, kalau kalah ya mengaku kalah, piye?  Mau ditata ulang dari awal caturnya? Jangan kaya cah cilik, anak kecil kalau kalah nyari kambing hitam dan alesan.  Apa mau menyerah?" Bagong tersenyum kecut bin mengejek nyeruput kopinya yang mulai dingin

Tampaknya tawaran Lennon Kurang menarik, tidak seperti tawaran Cukong Garam yang ingin memasukkan dagangannya kepada para Penggede Ngarcopodo, yang menggiurkan, sulit ditolak dan membahagiakan. Padahal kalau dipikir Ngarcopodo itu sebuah nagari yang hampir 70 persen adalah lautan, dimana lautan adalah salah satu sumber pembuatan garam dan hal tersebut tentu sangat menyedihkan.

Bagong dan Lennon, berdua mereka asik main catur di Warung Yu Ginah Minggu sore itu, Warung di pinggir pasar desa Parang Pojok. Sedang Katon dan Mang Kampleng mengamat-ngamiti mereka dari meja sebalah sambil mempersiapkan Wick dan memilang-miling Ejuice untuk rokok elektrik mereka. Tahun-tahun belakangan ini memang rokok elektrik sedang digandrungi para pemuda-pemuda Ngarcopodo, seperti biasa mereka gagap trend, budaya ikut-ikutan, budaya mbebek biar terliat keren dan tak ketingaalan jaman adalah salah satu penyebab pula rokok jenis ini menjadi laris manis di pasaran, benar-benar generasi tak punya identitas dan jati diri, walau memang benar-benar ada yang tidak ikutan trend tapi memilih.

Hal ini pula terjadi di ranah perpolitikan masyarakat saat ini, baik itu di dunia Per-Sosmedan atau di group-group WAG dan lainya, semua merasa pintar berorasi dan merasa paling benar. Kadang sudah tak diperdulikan lagi apakah hal itu benar atau salah, hoax, fitnah atau nyata yang penting sesuai dengan pandangannya itulah yang benar dan paling benar. Mungkin inilah yang dikatakan cinta itu buta atau mungkin inilah yang dinamakan taklid, bukan lagi taklid kepada para Ulamanya tapi Taklid pada Idolanya.

"heh... siapa ini yang menang, yang menang tak traktir Ejuice vapor baru rasa Kopi Luwak, ueanak lho apa yang rasa tembakau maknyoos tenan" Sungut Katon melirik Lennon entah menyemangati entah mengejek.

"Meneng koe.. cerewet, penonton kok kaya cukong maunya mendekat sama yang menang. Lha ini kan kalau aku atau Kang Bagong yang menang tetep, saja kamu menang kan Ton? Palingan besok kamu gentian minta traktir kopi ya to.. ya to? Gayamu kaya Jubir partai sebelah?" Lennon menyahut tawaran Katon dengan menggerutu.

"Hem... dikasih hadiah kok ndak mau.. sok idealis kamu." Tuduh Katon tak kalah ketusnya.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline