Lihat ke Halaman Asli

Menuju Transisi Kepemimpinan dan Narasi Indonesia Kedepan, (Katanya) untuk Mewujudkan Indonesia Emas

Diperbarui: 17 Agustus 2024   10:54

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

kompas.com

Masa kepemimpinan Presiden Joko Widodo sebentar lagi akan berakhir, juga bulan Agustus ini dalam rangka peringatan HUT ke-79 RI merupakan tahun terakhirnya menjabat sebagai Presiden RI. genap sepuluh tahun sudah memimpin perjalanan Bangsa Indonesia semenjak tahun 2014 silam, dengan segala dinamika yang sudah dilaluinya.

Kontestasi Pemilihan Presiden kemarin sudah selesai, yang menghasilkan pemimpin baru Pasangan Prabowo Subianto - Gibran Rakabuming yang sebentar lagi akan menerima estafet kepemimpinan bangsa, tercatat akan dimulai menakhodai kapal besar bernama Indonesia 20 Oktober 2024 mendatang, 10 tahun sudah kepemimpin Presiden Jokowi berlangsung, berangkat dari Wali Kota, lalu beranjak menjadi Gubernur DKI Jakarta kala itu, selang dua tahun menjabat sebagai Gubernur, langsung mengikuti kontestasi Pemilihan Presiden untuk pertama kalinya di tahun 2014,

Dalam perjalanannya selama 10 tahun terakhir atau dua periode kepemimpin Joko Widodo - Jusuf Kalla, dan Joko Widodo - Kyai Maruf Amin, tentunya sudah banyak hal dan program yang dilakukan oleh Presiden Jokowi dengan manifestasi Nawa Cita dalam misi pembangunannya. baik dan buruk, kurang dan lebih, sadar atau tidak sadar, merasa atau tidak merasa, menerima atau tidak menerima dampak, serta perasaan lainnya sudah pasti kita semua rasakan sebagai warga negara yang tinggal di Indonesia atau sebagai diaspora.

Pola kepemimpinan Jokowi yang dimulai dengan pendekatan humanis sebagai representasi masyarakat sipil biasa pada 2014 silam, mampu menarik simpati dan dukungan simpul akar rumput yang begitu kuat, namun dalam beberapa tahun terakhir, kebijakan serta perilakunya dalam ranah pemerintah atau politik, justru acap kali menuai kontroversi dan kegaduhan bagi sebagian elemen masyarakat, entah apa yang terjadi dengan Jokowi sebagai Presiden atau Jokowi sebagai insan politik, sosoknya yang digandrungi masyarakat pada 10 tahun silam sebagai harapan baru justru membuat sebagian pendukungnya kecewa. perilaku tersebut pastinya memantik diskursus, baik di sosial media atau diskusi publik secara langsung, yang jelas pencapaian karir Politik Jokowi sampai hari ini akan terasa sulit untuk disaingi atau disamakan oleh warga negara lainnya.

Estafet kepemimpinan dari Presiden Jokowi akan menjadi preseden baru, mengingat sosok yang akan melanjutkannya ialah lawan politiknya selama dua kali pemilihan Presiden sebelumnya, yakni Prabowo Subianto yang ditengah perjalanannya sebagai oposisi bergabung dengan pemerintah Jokowi Periode 2019-2024.

Segala dinamika pemerintahan dan politik berjalan menuju Pilpres 2024 kemarin, sampai akhirnya ada yang lebih membuat ramai dan gaduh khalayak umum, yakni Wakil Presiden terpilih dari Prabowo Subianto tidak lain dan tidak bukan adalah Gibran Rakabuming, anak sulung dari Presiden Jokowi, tentu setiap orang punya spekulasi dan interpretasinya masing-masing soal momentum pilpres kemarin. tapi kembali lagi, semua hal dan agenda Pilpres 2024  sudah terjadi dan selesai, mulai dari pencalonan Bacalon sampai terakhir rangakain rekapitulasi hasil pemungutan suara

Ada pepatah mengatakan bahwa "daripada mengutuk kegelapan, lebih baik menyalakan lilin." maksud dari penulis adalah, daripada kita masih mempermasalahkan hasil Pilpres kemarin yang sudah final, lebih baik kita menatap dan mempersiapkan modal kerja-kerja untuk hari-hari kedepan dalam hidup bernegara, karena bagaimanapun kita harus menerima dan menghargai hasil serta keputusan lembaga Komisi Pemilihan umum juga konsekuensi dari demokrasi itu sendiri. segala daya upaya lebih baik kita alihkan untuk mengawal setiap janji juga langkah yang akan dilakukan oleh kepemiminan Prabowo - Gibran, dengan mengusung visi melanjutkan dan menyempurnakan apa yang sudah dilakukan oleh Presiden Jokowi selama 10 tahun terakhir, tentunya masih banyak hal-hal yang menyangkut hajat hidup banyak setiap warga negara Indonesia yang belum selesai bahan belum tuntas dan harus untuk segera di elaborasi dengan setiap janji saat kontestasi Pilpres kemarin.

Bukan hal yang mudah, juga bukan sebuah hal yang mustahil apabila kita berembuk bersama kepada setiap harapan sembari memupuk setiap harap untuk terus menyemainya dalam gerak gerik sebagagai warga negara, dengan manifestasi Indonesia Emas yang hari-hari terus kita gaungkan jangan sampai menjadi sebuah bumerang atau bom waktu saat kesempatan untuk memperbaiki setiap aspek dalam bernegara kita lewatkan atau justru malah meributkannya dengan dasar yang tidak rasional dan malah cenderung tidak produktif, kritik yang membangun tentunya sangat diperlukan oleh pemerintah dari aspek pengawasan dan pengawalan, mengingat setiap masalah yang bersifat anomali atau sering terjadi, tak jarang masih terus berulang, seperti praktik korupsi, kolusi, dan nepotisme sering kita jumpai entah dalam tingkatan akar rumput atau bahkan elitnya sekalipun.

Transisi kepemimpinan yang akan berlangsung, bukan hanya soal bergantinya kepala Negara, juga lembaga atau instrumen lainnya, juga harus dibarengi dengan perilaku dan sikap setiap warga negaranya. karena terkadang, bisa jadi perilaku pejabat negara mencerminkan warganya. sebagai warga yang baik, mari kembali rengkuh rasa saling mengasihi dan rasa persatuan tanpa terkecuali, ejawantahkan setiap nilai-nilai Pancasila dalam setiap ruang gerik kehidupan. apabila pemerintah atau pejabatnya belum mampu memberikan teladan yang baik, mari saatnya kita saling berpegangan tangan membentuk sebuah ekosistem keteladanan yang dimulai dari diri sendiri untuk nantinya menjadi sebuah energi bagi orang lain.

Saatnya kita menghidupkan kembali setiap falsafah kehidupan berbangsa dan bernegara, bersama-sama memulai dan menyebarkan berperilaku membiasakan yang benar, bukan membernarkan yang biasa. ditengah disrupsi globalisasi yang kian masif, tentunya tantangan itu akan selalu ada dan bermunculan, tapi dengan penguatan nilai dasar Pancasila yang menjadi pedoman seyogianya kembali dihidupkan mulai dari pendidikan dasar, akan  menjadi modal besar dan pegangan bahwa sejatinya kita adalah warga dari Negara yang begitu elok indan nan permai bernama Indonesia.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline