Setelah ratusan purnama, puluhan hari, dan bilangan lainnya seolah kehilangan gairah dalam mencapai setiap tujuan, menjadikan alasan satu dan lainnya untuk pembenaran kepada orang lain, dan setiap rencana hanya sekadar rencana, sampai akhirnya belasan hari dan malam mencari jawaban dari pertanyaan "kenapa selalu terus begini" dalam artian selalu terus berulang apa yang disebut dengan gagasan dan ide tapi tidak diikuti Tindakan nyata.
Ada beberapa tujuan atau rencana yang terealiasi, namun sisanya hanya sekadar wacana. Disisi lain, beberapa pencapaian sudah diraih, momentum itu terkadang dijadikan refleksi Ketika raga ini ada pada posisi malas bertindak, bahkan hanya sekadar untuk memenuhi kebutuhan makan-pun, tak jarang selalu muncul dalam pikiran kalimat "enggak apa-apa, tidak setiap hari ini, toh hari lainnya ada banyak kegiatan" itu kadang menjadi kalimat pembenaran untuk melakukan setiap hal yang secara sadar diyakini kontra produktif dari setiap rencana yang sudah dituliskan.
Sedangkan waktu tidak menungguku untuk "rehat yang kebablasan" waktu terus berpacu sebagaimana mestinya, dan yang lainnya pun terus bergerak mengejar setiap mimpinya. Memang dalam setiap perjalanan manusia, dibutuhkan waktu untuk istirahat, tapi ingat dalam setiap hal juga ada batasannya. Jangan sampai terlena, pun dengan istirahat, bahkan sesuatu yang berlebihan bisa menjadikan penyebab datangnya penyakit.
Sampai pada akhirnya aku menyadari, jarak yang ditinggalkan dari koridor yang sudah aku tetapkan lumayan jauh. Dan tak dipungkiri, waktu pun terus berjalan, tak terasa ternyata sudah memasuki pertengahan tahun ( saat tulisan ini dimuat ), namun seorang bijak pernah berkata "tidak ada kata terlambat untuk mengejar sebuah ketertinggalan" dengan hasil, kita akan sampai pada tujuan yang sudah ditentukan atau malah bisa melebihi apa yang menjadi tujuan.
Semuanya begantung pada bagaimana kita melaju. Akankan terus menerus menunggu dan mengulangi dari setiap hal yang sudah terjadi dengan merenggut waktu dan berujung penyesalan, atau merubah kebiasaan tersebut dengan terus memulai dengan setiap dinamika yang akan terjadi didalamnya dengan hasil yang akan diketahui setelahnya. Pada akhirnya setiap hal yang sudah terjadi hanya akan mejadi refleksi dan cermin untuk hari-hari berikutnya. Saatnya, "menyelesaikan apa yang harus diselesaikan, untuk memulai apa yang seharusnya dimulai."
Semoga tulisan diatas, bisa menjadi refleksi bagi siapapun yang sedang merasakan kehilangan arah dari setiap rencana atau keluar dari koridor akan tujuan yang sudah ditentukan.
Salam Hangat, dan Jabat Erat.
Muhamad Nabil
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H