Lihat ke Halaman Asli

Moch Alfa Alfiansyah

Pemuda sederhana, mahasiswa biasa saja. Menulis sesukanya.

Sad Ending Persipro Probolinggo, Dulu Kuda Hitam Kini Tenggelam

Diperbarui: 24 Juli 2023   19:51

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Logo Persipro. Foto: radarbromo.jawapos.com

Dalam dunia sepak bola Indonesia, nama Persipro Probolinggo memang tak begitu dikenal. Padahal, klub ini merupakan salah satu klub legendaris yang telah berdiri sejak 11 April 1954. Persipro Probolinggo bahkan lebih tua daripada tim-tim beken tanah air, seperti Arema, PSS Sleman, atau Persipura Jayapura.

Persipro sendiri merupakan singkatan dari Persatuan Sepakbola Indonesia Probolinggo. Sesuai dengan namanya, klub ini berbasis di Kota Probolinggo, Jawa Timur dengan Stadion Bayuangga sebagai kandangnya.

Persipro Probolinggo memiliki julukan Serigala Tengger yang diambil dari sebuah suku yang mendiami daerah Bromo. Selain itu, Laskar Minak Jinggo adalah sapaan lain bagi tim yang identik dengan warna oranye ini. Hal ini semakin diperkuat dengan sebutan suporternya yang dikenal dengan Jinggo Mania.

Meskipun merupakan tim tua, nyatanya Persipro Probolinggo tidak begitu memiliki prestasi yang gemilang. Klub yang memiliki markas berkapasitas 15.000 penonton ini lebih sering menjadi kuda hitam di kasta kedua Liga Indonesia, yakni divisi 1 atau divisi utama pada tahun 2006 hingga 2010.

Persipro Probolinggo justru lebih dikenal karena kontroversi dan kegagalannya. Sejak tahun 2011, tim ini terpaksa bergabung dengan tim tetangganya, Bondowoso United karena regulasi baru yang tidak memperbolehkan klub menggunakan dana APBD. Sejak saat itu, Persipro Probolinggo pun mulai diambang kehancuran.

Persipro Bondowoso United, nama baru dari klub ini justru memiliki manajemen yang gagal dalam mengelola keuangan tim karena dinilai tidak profesional dan transparan. Hasilnya, Persipro Bondowoso United pun harus menunggak gaji para pemainnya.

Penunggakan gaji ini berbuntut panjang hingga ketiga pemain asingnya waktu itu, yakni Syilla Mbamba, Camara Abdoulaye Sekou, dan Salomon Begondo harus turun ke jalan untuk mengemis. Bahkan, Salomon Begondo harus meninggal dunia karena tidak mampu mengobati sakit yang dideritanya.

Kasus yang juga mencoreng sepakbola nasional ini akhirnya membuat PSSI tak membutuhkan waktu lama untuk membebukan Persipro Bondowoso United. Klub ini dilarang mengikuti kegiatan sepakbola selama hutang gaji belum terbayar. Dengan kata lain, Persipro Bondowoso United telah bubar dan sudah tidak lagi terdaftar sebagai anggota PSSI Jawa Timur.

Walaupun demikian, kini masih ada tim sepakbola dari Kota Probolinggo yang merupakan tiruan dari Persipro Probolinggo. Tim tersebut berdiri pada tahun 2014 dengan nama Probolinggo United FC sebelum berganti nama menjadi Persipro 1954 pada 22 Februari 2020.

Persipro 1954 sendiri masih berjuang di Liga 3 Regional Jawa Timur yang juga nihil prestasi. Tim ini sedikit membangkitkan gairah sepakbola di Probolinggo, namun belum mampu menghapus cerita kelam dari kegagalan Persipro Probolinggo maupun Persipro Bondowoso United.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline