Mendengar Tasikmalaya tidak lepas dari kerajinan anyaman rotan maupun bambu yang sudah menjadi ciri khas kearifan lokal kota kecil ini. Namun, belum banyak orang tahu di Tasikmalaya pun terdapat kekayaan budaya berupa batik sebagaimana batik yang kita kenal saat ini sebagai warisan budaya nonbendawi yang sudah diresmikan oleh UNESCO.
Batik Tasikmalaya biasa dikenal dengan Batik Priangan dimana merupakan salah satu wilayah di Tanah Priangan sebagai penghasil batik dengan ciri khasnya tersendiri. Produksi dan pengrajin batik di Tasikmalaya masih dalam skala menengah tidak seperti Cirebon sebagai salah satu wilayah produksi batik populer di Provinsi Jawa Barat saat ini.
Namun jika kita melihat sejarah, pembatikan di daerah Tasikmalaya diduga telah dikenal sejak zaman Tarumanegara. Kala itu terjadi peperangan antara kerajaan di Jawa Tengah sehingga menyebabkan penduduk yang sebagian pengusaha-pengusaha batik dari daerah: Tegal, Pekalongan, Banyumas dan Kudus merantau ke daerah barat dan menetap di Ciamis dan Tasikmalaya dengan membuka industri batik disana.
Produksi batik Tasikmalaya sekarang adalah campuran dari batik-batik asal Pekalongan, Tegal, Banyumas dan Kudus dengan beraneka pola dan warna. Peninggalan yang masih tersisa hingga saat ini adalah banyaknya pohon tarum yang terdapat disana yang berguna untuk pembuatan batik.
Tasikmalaya sebelumnya dijuluki sebagai pusat industri batik di selatan Jawa Barat. Namun industri batik Tasikmalaya kala itu memasuki masa kemunduran akibat adanya batik printing dan jatuhnya Koperasi Mitra Batik yang menjadi induk industri kecil menengah batik Tasik pada saat itu. Arya Batik Rancageneng adalah salah satu tempat usaha produksi batik di kampung Rancageneng, Tasikmalaya yang masih bertahan sampai saat ini.
Pak Ari Nugraha sebagai pemilik usaha batik memiliki ruang industri batik dengan skala kecil di samping rumahnya. Selain sebagai mata pencaharian, beliau membuka industri batik Tasikmalaya ini sebagai usaha untuk melestarikan kearifan lokal dari kampung kelahirannya yang sudah tidak banyak orang mengetahuinya. Sejak 2007 pak Ari mulai menggeluti dunia batik, dimulai dari menjadi pembatik hingga saat ini beliau memiliki ruang produksi sendiri.
"Awalnya saya bekerja di orang lain sebagai tukang cap, serasa sudah bosan saya pindah jadi tukang celup. Dari sinilah saya mulai belajar meracik warna. Dari tahun 2008 sampai 2013 saya belajar meracik warna sampai di tahun 2014 saya memutuskan untuk mulai membuka produksi batik sendiri". Ungkapnya
Dalam menjalankan bisnisnya, pak Ari memilih produksi batik dengan teknik cap. Batik cap adalah kain yang dihias dengan motif atau corak batik dengan menggunakan media canting cap. Canting cap tersebut merupakan alat dari tembaga dimana terdapat desain suatu motif batik.
Meski masih dalam produksi skala kecil dan tempat produksi yang tidak begitu luas, pak Ari tetap gigih memilih usaha batik sebagai ruang bisnisnya. Saat ini pak Ari dengan ketiga karyawannya sudah menghasilkan berbagai goresan motif batik yang berkualitas serta mempunyai filosofi tersendiri. Menurutnya batik Tasikmalaya memiliki keunikan motif seperti merak ngibing, barong, sukapura dan rereng suliga. Batik Priangan terkenal dengan ciri khasnya yang memiliki corak rapat, rapi, dan berkelas.
Dominasi motif rumput dan tumbuh-tumbuhan menjadi identitas utama batik Priangan. Selain itu, batik dari Jawa Barat ini dikenal dengan sifatnya yang dinamis dimana tidak terpaku pada aturan-aturan tertentu sehingga bisa dipakai dan dinikmati oleh semua kalangan. Salah satu motif yang banyak dikenal oleh masyarakat adalah merak ngibing. Corak merak ngibing memiliki arti merak yang sedang menari bersama. Pada dasarnya merak ngibing melambangkan keindahan alam Priangan.
Selain itu merak ngibing juga menggambarkan akan harmonisasi agar selalu rukun, damai dan penuh kegembiraan. Merak ngibing biasanya dipakai pada acara kebudayaan, acara formal, adat dan juga pernikahan.