Lihat ke Halaman Asli

ISIS, Pegida dan Remoderasi Agama

Diperbarui: 17 Juni 2015   13:37

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Dua agama besar dunia sedang dilanda ekstrimitas yang menyebarkan kebencian terhadap agama lain. Islam dan Kristen moderat sedang menghadapi kaum ekstrim kanan di dalam diri sendiri. Ada Islamic State of Iraq and Syria (ISIS) dalam dunia Islam di Timur. Dan, Patriotic Europeans Against the Islamization of the West (Pegida) juga dalam dunia Kristen di Barat.
Sekilas tentang ISIS
ISIS merupakan kelompok teroris yang berbasis di Irak dan Syria. Kelompok ini merupakan matamorfosis dari gerakan yang sama sebelumnya. Antara lain: Jama'ah Tauhid wal Jihad (1999), Al-Qaedah (2004), Islamic State Of Iraq (2006), ISIS (2014) dan seterusnya. ISIS mengklaim menguasai beberapa wilayah: Libya, Egypt, Algeria, Suadi Arabia, dan Yaman. ISIS ini dipimpin oleh Abu Bakr Al-Baghdadi, Abu Omar Al-Shinshani, dan Abu Muhammad Al-Adnani.
ISIS adalah kelompok yang terlahir sebagai respon terhadap invasi politik militer AS beserta sekutunya di Irak, Libya, Syria dan negara-negara di Timur Tengah lainnya. Kelompok ini bukan hanya berhadap-hadapan dengan pasukan dari negara Barat, tapi juga dengan pasukan pemerintah berkuasa dari negara-negara di Timur Tengah.
ISIS mengklaim sebagai daulah khilafah dunia yang punya otoritas agama, politik dan militer yang menguasai kaum muslim di seluruh dunia. Abu Bakr Al-Baghdadi mengklaim dirinya sebagai khalifah tunggal mendunia. Siapapun yang tidak "taslim" terhadap negara dan pemerintah dari daulah khilafah ini, adalah musuh yang halal darahnya.
Ideologi ISIS adalah "takfir", yang mengkafirkan kelompok Islam yang lain. Kelompok suni wahabisme yang anti-syaisme, yang menjungjung tinggi nilai salafisme dan jihadisme dalam menghadap musuh-musuhnya, baik dari kaum muslimin sendiri maupun dari umat non-Islam yang lain.
Kelompok terorisme ini bertujuan untuk mewujudkan supremasi daulat khilafah, sebagai bentuk kelanjutan dan kesinambungan dari Ottoman Turki Ustmani. Segala ikhtiar dilakukan untuk mencapai tujuan tersebut. Tentu dengan cara ekspansi politik militer, menguasai wilayah teritorial, melakukan kekerasan atas nama agama, genosida, rekrutmen anak-anak jadi anggota, dan termasuk kekerasan seksual.
Penitrasi ideologi dan gerakan politik militer ISIS, telah menjadi ancaman nyata dari negara-negara Islam. Pemerintah dan kelompok Islam moderat di negara-negara target operasi terorisme ISIS, tentu tidak tinggal diam. Langkah persuasif dan bahkan represif, juga dilakukan untuk memberantas ideologi dan aksi terorisme ISIS. Inklusif di dalam melakukan kerjasama politik militer dengan AS dan sekutunya, menyerang basis dan camps ISIS di wilayah teritorial yang dikuasainya.
Sekilas Tentang Pegida
Sementara, Pegida merupakan gerakan politik yang berbasis di Dresden Jerman. Sejak Oktober 2014, Pegida menggalang aksi demonstrasi terhadap pemerintahan Jerman, melawan Islamisasi Eropa. Aksi demonstrasi semula digalang melalui media sosial, oleh seorang yang bernama Lutz Bachmann.
Setiap hari Senin, Pegida melakukan aksi demonstrasi mingguan. Kelompok yang berawal dari group facebook ini telah menarik perhatian publik. Pada Oktober 2014, aksi demonstrasi diikuti oleh 350 orang, dan awal Januari 2015, aksi demonstrasi sudah diikuti oleh 18 ribu. Bachmann berhasil mendapat simpati publik, kendati yang antipati terhadap Pegida, tak kurang lebih banyak. Gerakan yang mengatasnamakan Patriot Eropa Melawan Islamisasi Barat ini, dipandang rasis dan menyebarkan kebencian terhadap agama lain.
Tak kurang dari Konselir Jerman, Angela Merkel mengkritik aksi demonstrasi Pegida. German menurutnya, adalah negara terbuka yang demokratis. Kaum imigran juga berhak tinggal. Tak boleh ada agitasi terhadap kaum imigran tersebut.
Merkel tidak sendirian. Banyak tokoh politik senior dan rakyat Jerman sendiri yang melakukan aksi demonstrasi tandingan dari Pegida. Kelompok ini dicurigai sebagai reinkarnasi dari Rezim Nazi yang rasis dan vandalis. Aksi demonstrasi tandingan selalu diikuti oleh massa yang lebih besar dari Pegida.
Jujur harus diakui. Sebagian rakyat Jerman resisten terhadap kaum imigran. Kebijakan pemerintah menerima suaka politik dari warga negara Timur Tengah, yang telah memicu gerakan Pegida. Jumlah yang terus meningkat dan dengan jumlah yang besar, sampai 200 ribu orang pada tahun 2014 lalu, dicurigai sebagai skenario Islamisasi Barat.
Padahal, imigrasi penduduk ke Eropa dari warga negara Timur Tengah sebagai "akibat" dari sebab invasi politik dan militer AS beserta sekutunya ke Afghanistan, Irak, Libya, Syria, Mesir, Yaman dan lain sebagainya. Perang yang terjadi di negara-negara di Timur Tengah yang mendorong imigrasi penduduk ke AS dan Eropa. Dan, termasuk ke bekas negara Adolf Hitler.
Remoderasi Agama
ISIS dan Pegida adalah gejala umum di semua agama besar dunia. Pasti, ada kelompok "kanan" yang selalu mengatasnamakan agama sebagai "kedok" dari gerakan politiknya. Ideologi agama yang dibangun dari doktrin-doktrin ultrateks yang utopis. Daulah Khilafah dan komunitas agama original, adalah contoh dari doktrin ultrateks yang utopis tersebut.
Di tengah-tengah masyarakat dunia yang terbuka, walaupun tak ada yang mustahil di dunia ini, tapi cita-cita untuk membangun negara dan masyarakat yang original, sangat tidak mungkin. Revolusi informasi dan komunikasi membuat dunia tanpa batas ruang dan waktu. Dunia sekarang laksana global village (desa global).
Jadi, ISIS dan Pegida melawan arus kebudayaan dan peradaban dunia yang mondial. Pasti, gerakan politik ekstrim di atas, akan menimbulkan benturan fisik dan psikis dengan kelompok di dalam Islam dan Protestan maupun di luar 2 agama besar tersebut. Bahkan telah terbukti, benturan itu menjadi perang yang anyer darah. Perang di Palestina, Afghanistan, Irak, Libya, Mesir, Syria, Yaman dan seterusnya, adalah bukti nyata.
Perdamaian dunia adalah tanggungjawab kita bersama. Kaum moderat dalam Islam dan Protestan yang paling risau terhadap munculnya kelompok ekstrim di agamanya masing-masing. Sebab, kelompok ekstrim ini yang telah mencoreng misi suci agama yang toleran dan damai.
Islam dan Kristen adalah agama samawi yang punya cita-cita sama untuk mewujudkan kemakmuran di muka bumi, serta menghindarkan dunia dari pertumpahan darah dan kerusakan. Allah SWT mengamanahkan bumi beserta isinya untuk dimanfaatkan guna sebesar-besarnya kesejahteraan manusia, serta mengambil pelajaran dari berbagai kejadian sejarah dalam mewujudkan perdamaian dunia yang abadi dan berkeadilan sosial.
*Moch Eksan, Pengasuh Pesantren Mahasiswa Nurul Islam 2 Mangli Jember, dan Anggota DPRD Propinsi Jawa Timur.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline