Lihat ke Halaman Asli

Mobit Putro W.

Bergelut dengan bahasa

Inilah Pelajaran Berharga dari Partai Demokrat

Diperbarui: 25 Juni 2015   19:53

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Kita mungkin masih ingat betul ketika Partai Demokrat awal-awalnya berdiri. Partai yang diinisiasi oleh Susilo Bambang Yudhoyono dengan dukungan dari beberapa pihak akhirnya resmi menjadi partai pada tanggal 9 September 2001 dan mengusung Susilo Bambang Yudhoyono sebagai calon Presiden.

Nama-nama seperti  Vence Rumangkang,  Drs. A. Yani Wahid (Alm),  Achmad Kurnia, Adhiyaksa Dault, SH, Baharuddin Tonti,  Shirato Syafei, Dr. Ahmad Mubarok, MA.;  Prof. Dr. Subur Budhisantoso; Prof. Dr. Irzan Tanjung; RMH. Heroe Syswanto Ns. (Sys NS) ; Prof. Dr. RF. Saragjh, SH., MH.; Prof. Dardji Darmodihardjo;  Prof. Dr. Ir. Rizald Max Rompas; dan Prof. Dr. T Rusli Ramli, MS, tidak dapat dilepaskan dari proses pendirian partai tersebut. Karena melalui mereka semua akhirnya partai ini berdiri tepat setanggal dan sebulan dengan kelahiran SBY, 9 September. Pemilihan tanggal itu mungkin juga dimaksudkan agar setali dengan hari jadi sang inisiator.

"The rising party" julukan partai Demokrat ketika itu, terus meroket popularitasnya seiring dengan popularitas SBY yang sering dipossisikan tidak beruntung ketika masa pemerintahan Megawati. Sehingga pemilu pertama tahun 2004 Demokrat memperoleh 7,45% (8.455.225) dari total suara dan mendapatkan kursi sebanyak 57 di DPR. Angka ini adalah angka istimewa karena Demokrat tergolong partai yang masih bau kencur.

Taji Demokrat terus meningkat pada Pemilu 2009, karena  Partai Demokrat menjadi Pemenang Pemilu Legislatif 2009 dengan perolehan 150 kursi (26,4%) di DPR RI, setelah mendapat 21.703.137 total suara (20,4%). Daerah penyumbang suara pada tahun 2009 adalah Aceh, DKI Jakarta dan Jawa Barat. Peningkatan suara dibeberapa daerah akhirnya benar-benar mendudukkan Partai Demokrat menjadi partai yang besar. Sehingga hal yang menjadi dambaan untuk menomorsatukan SBY terwujut. Pada dua periode itulah pencalonan SBY sebagai Presiden menjadi kenyataan.

Tingkat usia yang masih muda itu disisi lain menguntungkan Demokrat karena ia mampu membuktikan diri kepada masyarakat bahwa Demokrat bisa menjadi partai masa depan di negeri ini. Terlebih dengan popularitas SBY ketika itu yang mampu mendongkrak setinggi-tingginya posisi partai. Tak pelak partai-partai senior seperti Golkar, PDIP dan PPP semakin "keok" menghadapi Demokrat.

Ujian yang dihadapai SBY dan partainya tentu tidak ringan. Konflik-konflik intern partai sedikit demi sedikit muncul dan diantaranya tidak dapat diselesaikan. Artis Sys NS, sebagaimana tersebut di atas, tercatat sebagai salah satu pendiri hengkang dari partai. Tentu tidak mungkin seorang Sys NS lompat dari partai yang telah didirikan bila kenyamanan di dalamnya ada. Sys Ns pada suatu ketika pun mengatakan bahwa “Pemimpin di negeri ini dikelilingi oleh para penjilat, setiap hari dikasih laporan yang manis-manis saja, sehingga terkena diabetes. Hingga mau tidur dijilat, bangun tidur juga dijilat lagi,” ungkap Sys NS dalam dialog di Metro TV, Selasa (5/7/20110.  .

Penjilat-penjilat itu adalah orang-orang yang berada disekeliling SBY. Mereka datang dengan seribu satu tujuan, seribu satu asal dan latar belakang politik. Kebanyakan dari orang-orang Demokrat adalah dari partai-partai senior yang mempunyai agenda sendiri sehingga, karena partai Demokrat masih empuk, merekapun melompat ke sana. Salah satu diantaranya adalah Ruhut Sitompul yang selalu berdansa dari partai ke partai.

Dengan empuknya partai dan dukungan masyarakat yang besar akan melemahkan proses rekrutmen kader. Sehingga terkesan bahwa demokrat itu lebih berisi orang-orang yang tidak setia dengan partai sebelumnya, dan mencari enaknya di Demokrat.

Partai Demokrat, sebagai mana sering dibicarakan oleh para pengamat politik juga memiliki titik lemah di managemen internal partai. Beberapa pembesar partai sering tidak kompak dalam berbicara ke media, terlebih suka berantem antar sesama anggota partai. Kita sudah sering melihat beberapa pejabat teras partai yang sering berbicara beda dalam mengkomunikasikan kebijakan partai.

Politisi-politisi muda yang secara kognitif cerdas pun sering teledor dalam mewarnai partai. Carut marut kasus dugaan korupsi petinggi Demokrat merupakan sinyal kuat bahwa Demokrat memang dihuni oleh orang-orang yang bermasalah. Setelah penetapan Nazarudin, Anggi sebagai tersangka korupsi, akan masih banyak lagi yang terus terlibat dalam lingkaran setan korupsi itu. Dan tentu nama-nama itu akan terus berkembang segaris dengan hubungan dan persekongkolan mereka.

Kasus partai Demokrat dari ketidakkompakan di meja internal partai, kepemimpinan yang bermasalah, dugaan aksi koruptif yang membawa banyak nama menyisakan pelajaran penting bagi kita semua. Ternyata bangunan besar, kuat dan kokoh itu tidak bisa hanya dibangun berdasarkan popularitas dan kuantitas semata. Lompatan-lompatan spektakuler yang diciptakan oleh Demokrat selama dua pemilihan umum ternyata belum juga membangun kepercayaan warga masyarakat.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline