Lihat ke Halaman Asli

Siapakah yang Sebenarnya Sesat

Diperbarui: 13 Februari 2016   11:38

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Gaya Hidup. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Rawpixel

Sesat adalah ketika kita tidak berada di jalan yang benar. Sama pengertiannya dengan bingung tidak tahu jalan. Maka ada pepatah yang mengatakan "malu bertanya sesat di jalan". 

Bicara mengenai sesat, maka kita teringat akan berita tentang Majelis Ulama Indonesia (MUI) yang mengeluarkan fatwa sesat kepada ormas yang menamakan diri Gerakan Fajar Nusantara (GAFATAR). MUI tidak mensasar gerakan sosial maupun pertanian yang dilakukan GAFATAR melainkan ada pemahaman mereka yang dianggap menyimpang oleh sebagian umat muslim.

Dalam kurun 4 tahun, ormas tersebut telah melakukan donor darah, cek kesehatan maupun gerakan sosial lainnya. Di samping itu mereka juga bertani di Kalimantan namun tetap tak dapat menghalangi MUI untuk mengeluarkan fatwa sesat kepada ormas yang telah bubar Agustus 2015 lalu.

Bagi mainstream hari ini sebaik apapun perbuatan tidak akan diterima jika keyakinannya menyimpang. Sehingga berlaku juga sebaliknya meskipun tak beradab alias biadab asal pemahamannya sesuai dengan paham yang umum berlaku tidak masalah.

Mengutip artikel di salah satu situs, Anggota Komisi VIII Dewan Perwakilan Rakyat Republik Indonesia, Jalaluddin Rakhmat menjelaskan, fatwa sesat yang dikeluarkan MUI untuk Gafatar tidak sesuai dengan Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga (AD/ART) yang dimiliki organisasi kemasyarakatan pimpinan Ma’ruf Amin tersebut. "Dalam AD/ART-nya, tujuan berdirinya MUI itu untuk menjaga persatuan dan persaudaraan umat Islam. Tapi kenyataannya, MUI memecah belah umat Islam dengan menyerang kelompok yang bertentangan,” kata politikus Partai Demokrasi Indonesia (PDI) Perjuangan itu.

Sejatinya terlalu sempit jika kita hanya mengurusi salah satu ormas. Bukankah lebih baik kita mengurusi bangsa yang sedang mengalami krisis di berbagai segi kehidupan yang tak berkesudahan ini. Sejak beralih dari orde baru ke era reformasi kita seperti terjebak di kubangan masalah tanpa tahu jalan keluar.

Sebagian mulai mencari jalan dengan berpatokan kepada timur. Sebagian yang lain berkiblat kepada barat, ada juga yang ke timur-tengah. Sehingga kita meninggalkan jatidiri bangsa, ideologi peninggalan para founding father. Bangsa ini sudah kehilangan jati dirinya.

Bangsa ini "tidak tahu jalan yang benar" untuk keluar dari masalah, kondisi yang terjadi justru hari ke hari makin terpuruk. Kita jangan malu atau ragu untuk mengatakan bahwa sebenarnya bangsa inilah yang sedang tersesat, bangsa inilah yang sesat.

Maka sebaiknya berhentilah saling menyalahkan satu sama lain. Kita jangan seperti penumpang kapal yang saling menyalahkan siapa yang melubangi kapal tetapi tidak segera mencari solusi agar tidak tenggelam. Marilah sama-sama berbuat untuk negeri kita tercinta. 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline