Manusia saat ini sedang berada di puncak-puncaknya peradaban. Dalam puncak peradaban ini, manusia telah berada pada berbagai macam kemajuan. Baik kemajuan politik, ekonomi, sosial, kesehatan, terkhusus kemajuan dalam hal sains dan teknologi yang semuanya itu saling berkaitan.
Berbagai macam kemajuan manusia saat ini, telah membuat manusia sangat mudah menaklukkan alam untuk dikuasai dan dikelola sumber dayanya. Puncak kemajuan manusia ini jugalah yang semakin memperkokoh manusia sebagai puncak rantai makanan di bumi.
Akan tetapi, di sisi lain. Puncak peradaban manusia juga telah mengancam keseimbangan alam sebagai tempat hidupnya. Keseimbangan alam yang seimbang, banyak yang telah dirusak oleh manusia dan hanya sedikit sekali yang diperbaiki. Akibatnya, bukan hanya kerusakan pada alam saja yang terjadi . Akan tetapi, juga berimbas pada berbagai bencana yang mengancam keselamatan umat Manusia akibat rusaknya alam.
Disadari atau tidak, Dunia saat saat ini tengah dihadapkan pada tragedi lingkungan yang sangat mengerikan, terkhusus juga Indonesia. Berbagai bencana ekologis datang silih berganti. lingkungan semakin rusak. Timbulnya bencana ekologi, seperti banjir bandang, kekeringan, dll. Bahkan, pandemi Covid 19 yang telah mengakibat krisis dunia yang terjadi saat ini juga tidak terlepas dari faktor keserakahan manusia.
Lalu, mengapa semakin hari, lingkungan hidup kita semakin rusak? Kerusakan lingkungan yang terjadi saat ini bagaimanapun tidak bisa dilepaskan dari paradigma manusianya. Yaitu, paradigma salah yang mengakibatkan mereka tidak Arif dan bijaksana dalam mengelola alam. Mereka gagal dalam memahami,, bahwa paradigma lingkungan merekalah yang telah menyebabkan ketidakseimbangan alam yang berkahir dengan bencana.
Paradigma manusia kebanyakan saat ini, mereka lebih banyak menempatkan diri sebagai makhluk superioritas secara ekologis. Tidak menyeimbangkan diri dengan lingkungan alam yang lain yang ada dalam ekosistem bumi (biosfer). Paradigma ini sesungguhnya memiliki konsep yang implementasinya tidak sesuai dengan harapan. Akhirnya, telah menyebabkan munculnya beberapa paradigma yang salah.
Berbagai paradigma yang salah dalam lingkungan yaitu; Kuatnya faktor egoisme untuk mengeksploitasi sumberdaya lingkungan yang dianggap bebas meskipun bersifat anti lingkungan dan melanggar hukum. Pembangunan yang tidak memperhatikan keseimbangan fungsi ekologi, ekonomi, dan sosial.
Tidak bertumpu pada pemahaman yang holistik dan introgatif dari aspek ekonomi, aspek sosial, dan aspek lingkungan. Tidak memperhatikan resiko lingkungan dalam setiap kegiatan pembangunan. Tetap mendasarkan pada pandangan antropocentris, bahwa alam sebagai alat pemenuhan kebutuhan manusia. Mengasumsikan bahwa manusia menentukan daya dukung ekosistem lokal dan regional, yang bertentangan dengan kaidah alam.
Kebijakan dan Rekonstruksi Paradigma Pengelolaan Lingkungan Hidup
Pemerintah, sebagai lokomotif penggerak organisasi negara terus mengupayakan adanya keseimbangan antara pembangunan dengan kelestarian lingkungan hidup. Salah satu upaya tersebut adalah dengan pembentukan kelembagaan.
Efektivitas kelembagaan lingkungan hidup dapat dilihat dari kinerja instansi pemerintah, perangkat hukum dan peraturan perundang-undangan, serta program yang dijalankan pemerintah dalam rangka menjaga kelestarian lingkungan hidup dan melaksanakan pembangunan berkelanjutan. Saat ini, banyak kegiatan atau usaha yang berhadapan dengan masalah lingkungan karena tuntutan dari masyarakat.