Lihat ke Halaman Asli

Muhammad Natsir Tahar

TERVERIFIKASI

Writerpreneur Indonesia

Mengapa Kita Berkhianat pada Waktu?

Diperbarui: 10 April 2022   11:04

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ilustrasi: letrasypoesia.com

Waktu selamanya menjadi misteri bagi kaum ilmuan dan filosof. Sedangkan kita telah menerima waktu apa adanya, atas pergerakan matahari dan bulan. Atas penerimaan apa adanya itu _selama berpijak di atas muka bumi_, kita mengkhianati waktu dengan tinggal di masa lalu atau menerobos masa depan.

Bab tentang waktu yang pernah ditulis tak cukup untuk menjelaskan tentang hanya definisi waktu. Sifat waktu yang berlapis-lapis dan abstrak telah kita sederhanakan dalam sebentuk kuantitas fisik yang dapat diukur, sebutlah dengan ilusi gerak matahari.

Dengan demikian sedikit saja kita melampaui atmosfer, dimensi waktu telah berubah, apakah kemudian kita menginjak bebatuan cincin Saturnus atau mendarat di punggung komet Halley, waktu akan semakin menjauh dari konsep bumi.

Di sisi lain, waktu dapat digambarkan sebagai ukuran entropi, yang membedakan masa lalu dari masa depan. Di sisi lain, bila dihubungkan dengan teori relativitas, waktu akan mengalami pembengkokan. Bila dua pengamat yang bergerak relatif terhadap satu sama lain, mereka akan melihat bahwa jam pengamat lain berdetak lebih lambat.

Seekor lalat atau semut mengalami pemadatan waktu, mata mereka akan melihat gerak manusia sangat lambat, seumpama The Flash yang melihat orang lain melakukan slow motion bahkan nyaris tidak bergerak.

Tentang waktu pernah dijelaskan secara fisika teoritis oleh Stephen Hawking dalam A Brief History of Time, atau cara puitis dan ramah seperti dalam buku The Order of Time yang ditulis Carlo Rovelli.

Carlo coba menjawab sejumlah pertanyaan apakah ada waktu universal, apa yang mungkin menjadi asal usul waktu, apakah mungkin untuk melakukan perjalanan dalam lorong waktu, atau keluar dari lingkarannya, apa jadinya dunia tanpa waktu?

Sementara buku yang ditulis Hawking akan mengubah ruang kesadaran kita tentang waktu, diakuinya itu sengaja dibuat untuk pembaca non-spesialis yang tidak memiliki pengetahuan sebelumnya tentang fisika atau astronomi.

Hawking disebut-sebut sebagai guru alam, secara humor yang baik hati mampu mengilustrasikan kerumitan fisika dengan analogi yang dipikirkan dengan matang.

Kita dipaku oleh waktu pada lokus di mana bumi dipijak. Kita meniti garis linier waktu dari bayi menjadi tua secara berbeda. Dengan demikian waktu kita adalah waktu kita. Ada 7,5 miliar penduduk bumi yang sama banyaknya dengan ilusi waktu yang tercipta.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline