Lihat ke Halaman Asli

Muhammad Natsir Tahar

TERVERIFIKASI

Writerpreneur Indonesia

Dalam Etiket Pompeii, Mampukah Kita Berbeda?

Diperbarui: 12 Februari 2022   17:52

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

The slave culture in Roman cities: medium.com

Di dinding penduduk Pompeii, salah satu kota paling maksiat di Roma kuno terlukis diktum yang menjelaskan etiket makan yang benar.

Grafiti itu berbunyi: Lindungi istri tetanggamu dari pandangan mesum dan sanjungan yang melirik, dan biarkan kesopanan berdiam di mulutmu. Bersikaplah ramah dan hindari perkelahian yang menjijikkan jika kamu bisa. Jika tidak, biarkan langkahmu membawamu kembali ke rumahmu sendiri.

Sejarah seakan mengunci Pompeii dengan nada minor, kota yang dikutuk dan terkubur dalam abu vulkanik gunung Vesuvius selama 1500 tahun. Prediket sebagai kota bergelimang dosa dikaitkan dengan kemarahan Tuhan untuk membenamkan kota ini pada tahun 79 Masehi.

Pompeii di masa lalu seperti dilahirkan kembali dalam bentuk Las Vegas. Konon Pompeii adalah kota tempat berhimpun para pendosa yang disiram anggur dunia, birahi yang menggelagak, dan tempat berternak uang serta hadiah-hadiah untuk betina dari kasta budak setiba di rumah.

Ditemukan pita emas bertuliskan "dominus ancillae suae", yang berarti "dari tuan ke budak". Ini disebut-sebut sebagai hadiah dari majikan untuk menunjukkan penghargaan atas hubungan intim dari seorang budak.

Bukti-bukti aktivitas seksual sebelum Pompeii disapu gas dan abu vulkanik dalam hanya 15 menit, terlihat dari aneka pose jasad membatu serta tinggalan artefak yang bercerita banyak.

Meski demikian adanya, etiket tetap menjadi penting di sana. Sebagai sebuah sistem kesopanan unik dari entitas tertentu. Jika ditempatkan pada dunia profesi, etiket menjadi sistem norma dan nilai yang kemudian terangkum sebagai kode etik.

Kini bahkan tengah dirumuskan kode etik terhadap teknologi komputasi, robot-robot otomasi dan perangkat-perangkat berbasis AI.

Etiket pada masyarakat Pompeii terbaca absurd ketika menjaga kesopanan bagi isteri tetangga tampak lebih mulia dari pada tidak meniduri budak wanita.

Terkadang orang membenturkan etiket dan etika dalam satu wadah. Etika bersifat abstrak, absolut, memuat nilai-nilai universal, dogmatik, dan filosofis. Sedangkan etiket mengacu pada ruang dan waktu serta kohesi sosial. Etiket adalah terjemahan dari etika secara kondisional.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline