Lihat ke Halaman Asli

Muhammad Natsir Tahar

TERVERIFIKASI

Writerpreneur Indonesia

Jalan Pintas Moral

Diperbarui: 5 Februari 2022   10:32

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ilustrasi: sourcesofinsight.com 

Sosiologi tunduk pada psikologi. Psikologi tunduk pada neurologi. Neurologi tunduk pada biologi. Biologi tunduk pada kimia. Kimia tunduk pada fisika. Fisika tunduk pada matematika. Matematika tunduk pada Tuhan.

Sekilas seperti anekdot, tapi dalam perspektif reduksionisme, ini adalah hierarki di mana kebenaran beberapa bidang direduksi menjadi kebenaran yang lain. Yang kemudian menjadi filosofi sains standar atau implisit yang melayang-layang di kepala kita bahkan jika kita tidak pernah secara eksplisit memikirkannya.

Kita bisa mereduksi prilaku massa atau individu dari kewaskitaan sosiologi dan psikologi misalnya, hanya di tingkat biologi dan kimia saja. Bahwa otak kita tidak pernah jauh berbeda dari otak nenek moyang kita katakan 200.000 tahun lalu, tapi dengan godaan-godaan yang tak pernah mereka kira akan sekompleks ini.

Ada pengecap rasa yang selalu sama sejak awal waktu, namun manusia makin fokus pada rasa yang ditimbulkan oleh gula, garam, dan lemak belaka, dan paling terakhir ini: rasa pedas.

Perusahaan di luar sana menghabiskan jutaan dolar hanya untuk menemukan tingkat kerenyahan yang paling memuaskan pada keripik kentang atau level sengatan yang paling menakjubkan pada minuman soda.

Dalam kompleksitasnya, masyarakat menjadi dihadapkan pada versi-versi realitas yang direkayasa habis-habisan agar kita betah berada di abad terakhir, meski di ruang terdalam kita ada kerinduan akan kesunyian di awal waktu bersama moyang-moyang kita.

Otak dapat mencegah kita untuk terus mengunyah dalam menit tertentu dengan menimbulkan rasa kenyang, namun mereka membuat rekayasa sensasi yang disebut bliss point agar kita terus bergairah dan ketagihan sepenuh waktu.

Dalam kompleksitasnya, masyarakat menjadi dihadapkan pada versi-versi realitas yang direkayasa habis-habisan agar kita betah berada di abad terakhir, meski di ruang terdalam kita ada kerinduan akan kesunyian di awal waktu bersama moyang-moyang kita.

Bagaimana dengan rasa cinta? Banyak senandung pilu dan elegi cinta yang dikumandangkan mulai Dante, Rumi hingga Gibran. Cinta yang menjadi rintihan panjang dan keluhan perasaan setua dunia dapat saja direduksi hanya sebagai sekumpulan reaksi kimia di dalam otak yang dipicu oleh dopamin, testosteron, oxytocin, norepinerhine dan phenylethylamine.

Dalam Atomic Habits, James Clear mengangkat percobaan yang pernah dilakukan tentang pemicu gairah yang ditimbulkan oleh zat kimia tubuh bernama dopamin. Ahli neurologi James Olds dan Peter Milner melakukan eksprimen pada 1954 dengan menanamkan elektroda di otak tikus untuk memblokade pelepasan dopamin.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline