Lihat ke Halaman Asli

Muhammad Natsir Tahar

TERVERIFIKASI

Writerpreneur Indonesia

Irasionalitas Murid Pythagoras dan Prajurit Napoleon

Diperbarui: 27 Januari 2022   08:42

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ilustrasi: mocah.org 

Realita yang tidak dapat dijelaskan dengan matematika, bukanlah realita. Jika pun realita belakangan ini dianggap hanyalah simulasi, simulasi adalah program komputer, yang juga merupakan jenis objek matematika.

Tentang seluruh realita yang disusun secara matematika adalah iman bagi penganut Pythagorasisme yang lahir dari seorang filsuf Pythagoras (570 SM - 495 SM). Bahwa matematika tidak diciptakan, ia hanya ditemukan.

Matematika seperti kata Galileo adalah bahasa universal Tuhan kepada semesta, tidak hanya kemudian ditemukan oleh manusia, tetapi juga serangga, gelembung sabun, umur embrio, mesin pembakaran, cincin Saturnus hingga galaksi.

Plato bahkan melompati postulat ini, baginya objek matematika juga ada di luar ruang dan waktu. Namun pandangan seperti itu hanya memperdalam misteri bagaimana matematika menjelaskan sesuatu.

Dalam catatan Sam Baron, dekade terakhir ini dua fisikawan telah meningkatkan pertahanan signifikan terhadap posisi Pythagoras: kosmolog Swedia-AS Max Tegmark dan fisikawan-filsuf Australia Jane McDonnell.

Tegmark berpendapat bahwa realitas hanyalah satu objek matematika yang besar. Sedangkan McDonnell berpandangan, realitas hanya dibentuk oleh matematika dan pikiran.

Nama Pythagoras pada zaman kuno dikaitkan dengan pelbagai penemuan matematika dan ilmiah, seperti teorema Pythagoras, lima bangun ruang, teori kesebandingan, teori bumi bulat, dan gagasan bahwa bintang timur dan barat adalah planet yang sama, yaitu Venus.

Teorema Pythagoras ditulis dalam kitab suci para pengikutnya. Ironis, meski realita adalah matemetika _yang telah lama ada di luar pikiran sejak awal waktu_ terlepas apakah Pythagoras menemukannya atau tidak, namun sabda tentang matematika hanya boleh keluar dari mulut Pythagoras.

Iman seperti ini mampu membunuh. Hippasus, seorang murid brilian Pythagoras harus membayar dengan nyawanya. Ia dituduh telah menyebar bid'ah. Hippasus berhasil menemukan bilangan irasional.

Alasan untuk membunuh terlalu sepele, hanya karena eksistensi bilangan irasional bertentangan dengan kepercayaan para pengikut Pythagoras saat itu. Padahal dia lah yang telah menyembuhkan cacat pada teorema Pythagoras.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline