Kita berharap umat manusia dapat menemukan teknologi yang mampu memblokade ancaman global, harus ada yang dapat menemukan formula, bila badai masa depan dapat dianalogikan sebagai air bah zaman Nuh, maka kita butuh bahtera yang paling gigantis agar semua golongan manusia dapat terangkut di dalamnya.
Tahun 2050 diprediksi sebagai titik didih multidimensional bagi peradaban umat manusia di atas permukaan bumi. Di tahun ini bila kita tidak hati-hati dan berbenah dengan lekas, maka distopia akibat pemanasan global akan benar adanya.
Perubahan iklim terjadi secara radikal, suhu bumi meningkat, memanggang tubuh kita, tidak banyak yang bisa bertahan dalam kondisi ekstrem semacam ini.
Kota-kota pesisir dari seluruh belahan dunia akan terendam air menyusul pencairan gletser dalam skala besar. Wajah bumi berubah signifikan, kering dan retak, peta dunia tidak lagi sama, sebagian besar pulau lenyap dan permukaan benua menyusut drastis. Hutan-hutan terbakar begitu saja, hewan punah, ekosistem rusak, gelombang panas mematikan menyapu banyak tempat.
Hanya orang-orang kaya yang bisa bertahan di ruang berpendingin udara, berdiam sepanjang siang hari di dalam rumah, gedung, atau kendaraan yang terproteksi, bila nekad keluar maka akan terbakar matahari. Mereka hanya berpergian di malam hari, sudah mirip kawanan vampir dan drakula yang kembali dari kematian.
Di tahun ini pula, teknologi berada pada puncak yang dapat dibayangkan oleh futurisme, sebelum benar-benar masuk ke dunia fantasi, yang sekarang masih tertolak oleh akal.
Tahun 2050 diramalkan sebagai tahun baru bagi manusia immortal, mereka yang menolak punah termasuk oleh pemanasan global.
Teknologi memungkinkan itu terjadi dengan banyak cara, bisa dengan menyuntikkan serdadu-serdadu nano robotika ke dalam jaringan tubuh untuk menggempur semua penyakit, bisa pula dengan penyatuan batang tubuh manusia dengan mesin, chip meta komputer yang disatukan dengan sistem syaraf, serta penciptaan manusia cyborg yang super cerdas dan berkekuatan seperti yang ada di komik Marvel atau DC. Jangan lupa, yang dapat mengakses ini hanya kaum elitis, di luar dari itu disebut penyintas yang ditolong oleh keajaiban.
Hampir semua bidang pekerjaan akan tergantikan oleh kecerdasan buatan, sistem algoritma makin dipercaya untuk mengambil semua keputusan, demokrasi kehilangan fungsi, para pemimpin negara-negara hanya sebatas simbol, itu pun jika konsep simbol masih dibutuhkan. Simbol yang lekat pada negara dari mitos-mitos kuno dan tukang perang.