Lihat ke Halaman Asli

Muhammad Natsir Tahar

TERVERIFIKASI

Writerpreneur Indonesia

Otak Kita Telah Diretas, Inikah Senjakala Humanisme?

Diperbarui: 24 November 2021   09:24

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ilustrasi: marketingmag.com.au

Kita benar-benar sedang adu cepat dijalur bebas hambatan. Kemanusiaan kita sedang dilawan oleh sistem kecerdasan buatan. Bahkan kita sedang diretas, kita ditelanjangi, mereka mulai tahu apa isi perut kita, memaksa masuk ke ulu hati kita, dan menduduki kepala kita. Sedikit lagi kita seperti zombie.

Mampukah kita tetap di jalur cepat, bisakah kita menyalip, paling tidak, tidak terlontar ke bahu jalan, atau menabrak beton pembatas antara mitos dan realitas. Atau tegakkan bendera putih, menyerah saja, meminta mereka untuk memasuki sistem navigasi kita. Membiarkan mereka mengambil alih kepala kita.

Sepanjang bentang gurun gelap peradaban kita, sekelip api kemanusiaan yang jatuh di langit Athena, berpijar terang di atas kantung-kantung renaisans. Manusia tengah mendapatkan dirinya. Humanisme ditegakkan.

Tidak cukup sebegitu, manusia tengah berpikir untuk melampaui nalar wajar, mendekati dewa-dewi. Nietzsche pun merangkai diktum tentang super human serta memvonis mati mentalitas ternak. Terlihat seperti oase di tengah kedangkalan harian kita, bahwa kita bisa menjadi super.

Begitu banyak hiburan yang didendangkan para pemikir humanisme, sebutlah Unlimited Power dari Tony Robbins, Metahuman dari Deepak Chopra, atau Becoming Supernatural-nya Joe Dispenza, dan apapun yang bertendensi untuk mendorong manusia keluar dari kesahajaan mereka. Bukan tidak mungkin, tapi itu butuh proses yang berat, dalam tabiat kekinian yang serba instan.

Kemanusiaan kita akan selalu berwatak sombong, sehingga kita hampir tak pernah memberikan sandi cuma-cuma kita kepada mereka. Tapi apa yang terjadi, kita diretas. Diretas adalah terminologi teror, kita terancam? ternyata tidak benar-benar seperti kelihatannya. Kita bahkan jauh lebih tertolong.

Apa sebab? Kita tidak pernah tahu apa yang terbaik untuk kita. Kita tidak tahu persis apa penyakit yang sedang kita idap, kita tidak tahu makanan dan pasangan terbaik kita. Apa talenta yang telah kita abaikan dan seterusnya. Tapi mereka tahu. Mereka tengah memetakan histori dan orientasi kita dari setiap sudut.

Kita dikutuk untuk apa yang disebut sebagai human error, mereka mampu membebaskan kutukan ini. Dunia semakin paradoks. Kemanusiaan kita akan diasuh oleh ciptaannya sendiri.

Penulis fenomenal ini, yang telah mengabarkan kepada dunia sisi dramatis akhir kemanusiaan kita, ternyata adalah korban (dalam tanda petik). Yuval Naoh Harari telah diretas. Mesin AI dari sebuah merk minuman soda ternama mampu mendeteksi orientasi seksual Yuval, mereka mengirim iklan yang tepat: pria macho.

Kekasih pria gay Itzik Yahap ini blak-blakan sebagai penganut LGBT, dan ia mengaku iklan tersebut sangat berhasil, begitu masuk ke supermarket, ia otomotis memilihnya ketimbang merk lain yang tidak peka.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline