Lihat ke Halaman Asli

Muhammad Natsir Tahar

TERVERIFIKASI

Writerpreneur Indonesia

Teruntuk Wartawan: Phapyrus Terakhir

Diperbarui: 5 Februari 2021   17:07

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Foto: Jhefferson Santos (pexel.com)

* Refleksi Hari Pers Nasional (HPN), Jakarta 2021

wartawan paling tua berkabar tentang ranting zaitun
dan bahtera nuh mendapatkan koran pagi pertamanya
wartawan phapyrus menulis headline tentang sabda fir'aun
pula tentang piramida yang menyusun lilitan kafan mummy
dan julius caisar mengumumkan dirinya pada acta diurna
wartawan sudah disuruh-suruh sejak pertama

pilar keempat trias politica montesquieu
adalah dia yang pernah disuruh-suruh julius
hingga reporter dari istana tiongkok purba
hapal betul jadwal mandi kaisar jam berapa
berutang kita pada gutenberg
mau baca berita belilah koran kita
pergilah kau kaisar, kami bukan lagi juru tulis istana

tragedi itu tiba lewat perang dunia satu dua
wartawan menulis desing peluru
pun menyeka peluh di dahi wanita palang merah
diktator dunia menyuruh kita menulis berita glory
politik pencitraan sudah ada
sebelum jakarta diganyang air bah

patriot sezaman sukarno muda
mengejar deadline di belakang bedil belanda
wartawan paling suci dari sekujur tubuh indonesia
jadi murid adam smith untuk membalas senyum pak harto
daripada kantor beritamu diikat, anak istri makan apa

wartawan reformasi berlari kencang di jalur bebas hambatan
siapapun bisa ngaku wartawan
asal berani bilang "bang" pada bupati
sudah wartawanlah namanya itu
tak usah tahu beda prefiks dan preposisi
apalagi kenal eyede, sintaksis, semantik
redakturmu entah siapa,
paling tidak kode etik jurnalistik kasih tahulah
yang penting kartu pers ada, kata kau pula

kini zaman robot wartawan
ketika berita adu hoaks dengan sosial media
wartawan bertengkar tulisan dengan mesin
yang tak milenial akan gelimpangan
tapi siapa peduli ocehan cenayang
toh kita sendiri pergi bunuh diri
selingkuh dengan penguasa mestinya jangan sampai ke tulang
atur jarak biar tetap dibilang elegan
tetaplah menulis realita hingga pada phapyrus terakhir

Muhammad Natsir Tahar




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline