Lihat ke Halaman Asli

Muhammad Natsir Tahar

TERVERIFIKASI

Writerpreneur Indonesia

Negara Autopilot Sebuah Solusi

Diperbarui: 20 Oktober 2020   21:45

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ilustrasi: Forbes

Negara dapat berjalan secara ilmiah bila anasir-anasir politik di dalamnya bisa dibatalkan. Mereka berdusta tentang demokrasi. Mereka menertawai Machiavelli. Mereka merilis melodrama dan memborong semua peran protagonis. Bahkan oposisi hanyalah oligarki yang tertunda. Mereka akan sama saja, sampai dibuktikan sebaliknya.

Campur tangan terlalu kuat politik oligarki bisa menyebabkan arah negara berjalan terbalik, menuju distopia. Politik bahkan sudah sangat lama tercerabut dari akar etimologinya, tentang mimpi indah warga kota versi Yunani atau ars politica versi Romawi yang berarti kemahiran tentang masalah-masalah kenegaraan.

Bahkan mungkin diksi-diksi politik abad ini bagai eufemisme di balik tabiat kolektif cara sirkus guna mempertahankan atau mengambil kekuasaan.

Atau ketika manusia-manusia politik yang sedang membonceng dan dihidupi oleh negara menciptakan teori kebenarannya sendiri.

Dalam orkestra demokrasi yang nyata, absurditas tak lagi dipandang cacat: dinasti, feodalis, paternalis, etnosentris, kultus individu dan bentuk-bentuk non-etik lainnya yang menyebabkan demokrasi hanyalah jenama untuk menyembunyikan oligarki.

Negara harus dibersihkan dari akar-akar politik kekuasaan oligarki dengan seperangkat teori-teori kelirunya yang jauh dari esensi. Kita bisa memegang dua konsep politik.

Pertama, pandangan klasik Aristoteles yang mengemukakan bahwa politik digunakan untuk mencapai suatu kebaikan universal yang dianggap memiliki nilai moral yang lebih tinggi daripada kepentingan di luar itu.

Kedua, pandangan modern Max Weber, bahwa politik adalah segala sesuatu yang berkaitan dengan penyelenggaraan negara. Ia melihat negara dari sudut pandang yuridis formal yang statis dan memperkenalkan suatu bentuk ideal (ideal type) untuk negara modern dan rasional.

Konsep Aristoteles mempersyaratkan penyelenggara negara yang bijak serta bermoral tinggi dan Weber mengidamkan negara dikelola secara ilmiah, bebas dari jari jemari politik yang karut dan distopis.

Unit-unit kerja profesional dalam tubuh negara seperti aparat hukum harus dijauhkan dari suruhan-suruhan politik oleh satu atau sekelompok elite yang sulit beradaptasi dengan konsep negara modern versi Weber sekaligus filsafat moral negara yang diamanatkan Aristoteles.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline