Lihat ke Halaman Asli

Muhammad Natsir Tahar

TERVERIFIKASI

Writerpreneur Indonesia

Andai Kita Menunggangi Cahaya

Diperbarui: 3 Juli 2019   18:01

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ilustrasi: lh3.ggpht.com

Dunia memang selalu tampak aneh. Ada keanehan yang dibuat-buat dan bisa ditebak. Ada keanehan kronik dan menahun yang diacuhkan atau dipelihara. Ada keanehan super dan mengejutkan. Ada pula keanehan-keanehan yang sebetulnya tidak aneh tapi kita terlanjur terheran-heran. Kita yang terheran-heran itu adalah bentuk keanehan lain pula, karena mengapa bisa terheran-heran.

Kita lahir dalam keadaan aneh dan diselubungi keheranan. Seorang balita melihat heran ke arah lalat yang bisa terbang. Lalat itu lebih heran lagi, melihat anak manusia dan seluruh manusia bergerak sangat lamban. Seperti The Flash melihat orang-orang di sekitarnya menjadi slow motion. Semakin cepat, semakin manusia tampak tak bergerak meskipun sebenarnya ia sedang berlari.

Lalat punya waktu satu minggu untuk mati. Waktu satu minggu bagi lalat barangkali sama dengan beberapa tahun bagi manusia, karena konsep waktu adalah relativitas. Sehingga lalat bergerak dan melakukan aktivitas dengan sangat cepat. 

Bagi lalat itu tidaklah cepat, dan biasa saja sederhananya seperti seorang multitasking yang memadatkan waktu satu jam untuk 10 aktivitas, ketika manusia lainnya hanya berkutat pada satu aktivitas. Lalat-lalat memadatkan waktu tanpa mereka sadari.

Cahaya memiliki kecepatan 300.000 kilometer per detik dan mengandung konsekuensi logis pada banyak dimensi. Fisikawan George Gamow seperti kata Carl Sagan dalam Kosmos meminta kita membayangkan cahaya hanya memiliki kecepatan sangat rendah, 40 kilometer per detik, untuk memungkinkan manusia mampu menciptakan kendaraan secepat itu. 

Ketika manusia telah sejajar dengan kecepatan cahaya, maka dunia akan terlihat ganjil, semua tampak termampatkan dalam satu jendela lingkaran yang amat kecil dan tetap berada di depannya.

Semua yang tampak aneh dan membingungkan dalam prediksi sains itu ternyata benar adanya, karena teori relativitas dapat dibuktikan dengan matematika sederhana dan bukan ilusi optik. Kecepatan adalah jarak dibagi waktu dan menurut Albert Einstein, setelah sejajar dengan kecepatan cahaya, itu -sepertinya- akan menjadi kecepatan yang terakhir.

Dengan demikian secara sains, Einstein dapat menjelaskan apabila seseorang menunggangi cahaya atau setara dengan kecepatan cahaya, ia hampir tidak bertambah tua sama sekali. 

Ini terbukti dengan jam super akurat di dalam pesawat yang akan melambat dibandingkan dengan jam diam, dan terus melambat atau hampir berhenti ketika kecepatannya mendekati laju cahaya. Kapan? hanya ketika ia mampu mengelilingi bumi tujuh kali dalam sedetik. Itu setara kecepatan cahaya.

Melewati satu perjalanan relativistik menunggangi cahaya, dalam beberapa jam, seseorang akan kembali ke bumi dan terheran-heran melihat rekan sebayanya telah menua berpuluh-puluh tahun.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline