Lihat ke Halaman Asli

Muhammad Natsir Tahar

TERVERIFIKASI

Writerpreneur Indonesia

Wanita Penunggang Naga di Novel Rida

Diperbarui: 25 Juni 2019   14:21

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Novel Rida (F: Istimewa)

Seperti juga Macedonia dan Athena Yunani, Alexandria Mesir yang dibangun Aleksander Agung mendapatkan percikannya di tanah Melayu setelah 2.000 tahun. Zuriat Aleksander Agung adalah kata kunci bagi legitimasi kesultanan Melayu, dimulai oleh Sang Nila Utama dan berakhir dengan peristiwa paling epik: Sultan Mahmud Mangkat Dijulang.

Alexandria kehilangan setengah juta buku di perpustakaan agungnya setelah pasukan Julius Caesar yang membabi buta membakar apa saja. Sejarah pusat peradaban dunia seketika itu tamat. 

Kita tidak pernah tahu seperti apa dunia sebelum itu, sebab tiga jilid buku sejarah dunia karya pendeta Babilonia bernama Berossos ikut hangus. Volume pertama buku tersebut memuat kisah antara awal Penciptaan dengan Banjir Besar yang membentang sepanjang 432.000 tahun.

Naskah-naskah syair yang tak ternilai macam karya Sappho, Hesiod, Homer, Apponius, Theocritus dan Aratos, drama-drama klasik dari Euripedes, Sophocles, Aristophanes, kemudian filsafat Plato, Aristoteles dan Philon, serta koleksi sejarah Herodotus, fisika karya Archimedes dan Hipatia hingga ilmu kedokteran kuno, semua binasa.

Bagaimana dengan sejarah kuno Melayu? Rancangan Sulalatus Salatin menjadi satu-satunya peninggalan sastra sekaligus sejarah yang dapat selamat dari spekulasi tenggelamnya perahu haloba Portugis yang syarat muatan, sehingga buku-buku dari Istana Melaka ikut terkubur di dasar laut (lihat: Prolog Sulalatus Salatin - A. Ahmad Samad, Kuala Lumpur, 1978). 

Dan sebagian buku-buku lainnya dibawa lari ke Belanda serta berbagai penjuru dunia atau musnah bersama perang seperti Alexandria, Athena, dan Baghdad.

Bila Claudius Ptolemaeus mungkin kesulitan merekonstruksi sejarah Alexandria kuno demikian pula Rida K Liamsi, yang makin paripurna dengan novel sejarahnya Selak Bidai Lepak Subang Tun Irang

Di halaman 12 novel ini, dalam suratnya kepada Mur -tokoh yang dicurigai mati-matian oleh Taufik Ikram Jamil dalam pengantar novel ini sebagai Murparsaulian, pujangga perempuan Riau yang kini bermastautin di Belanda- Rida sempat menyinggung perpustakaan di Universitas Leiden yang menyimpan banyak manuskrip tentang sejarah Melayu. Tanda ia gelisah.

Tun Irang dalam novel terbitan TareBooks ini adalah makhluk Venus seperti kata psikolog Jhon Gray, PhD, yang struktur otaknya didominasi oleh emosi. Tentang letupan-letupan perasaan, tentang cinta yang tertolak, dan harga diri yang dinadirkan oleh Raja Kecik keturunan Sultan Mahmud Mangkat Dijulang. 

Apa yang lebih menyakitkan bagi seorang wanita ketika cintanya ditolak, posisinya sebagai permaisuri diambil alih oleh adik kandungnya sendiri, lalu ayahndanya Sultan Abdul Jalil Riayatsyah dibunuh. Rida yang amat identik dengan prosa romansa berlandaskan sejarah Melayu adalah orang yang tepat untuk memetik episode ini ke dalam novelnya.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline