Lihat ke Halaman Asli

Muhammad Natsir Tahar

TERVERIFIKASI

Writerpreneur Indonesia

Sudahkah Kota Anda Mendekati Kualitas "Supercity"?

Diperbarui: 14 Januari 2018   10:16

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ilustrasi: http://charlesayats.fr

Wacana tentang kota utopia sudah mulai dicetus hampir setua peradaban. Kota-kota idaman bahkan telah terbentuk di zaman arca, setidaknya seperti tercatat dalam puncak peradaban Mesir dan Yunani kuna. Tapi hingga abad 21, masih banyak kota yang tak berpisah dengan kebalikannya: distopia.

Kota-kota yang tidak bahagia, kota-kota kotor, penuh polusi, kriminal, konflik dan kenaifan, menjadi tanda kegagalan membaca laju sejarah. Ketika 400 tahun Sebelum Masehi Pericles telah merancang kota sebagai tempat berkumpul yang harmoni. Sezaman itu Hippodamus sudah membentuk kota dengan grid yang menjamin kelegaan bergerak dalam keteraturan.

Ribuan tahun pula, kota-kota hebat dunia sudah ditatalaksana menjadi demokratis, harmonis-utopis. Sementara kota-kota di belakangnya masih sibuk mengurus permukiman kumuh, macet dan luapan air bah kala hujan. Sebagian terperanjat dengan kekinian, semisal tentang alat angkut daring yang dimusuhi, atau tentang penegahan toko swalayan yang merambah kemana-mana, dengan membawa-bawa dikotomi asal comot: kapitalis versus sosialis.

Secara filosofis, kota dirancang sebagai pusat keunggulan manusia. Setiap kota menjadi tempat kesempatan kepada semua orang untuk maju, sejahtera, religius dan bahagia bersama. Kota adalah wahana belajar dan membangun peradaban unggul, untuk berlomba-lomba menampilkan kemegahan tamadun di antara bangsa-bangsa lain.

Namun pada kenyataannya, banyak kota menjadi ruang kepahitan, kesempitan lapangan kerja, kekumuhan tata ruang dan menyerempet bahaya di lorong-lorong gelap setiap sudutnya. Ketika kota-kota lain sedang menyediakan wahana belajar yang anggun dengan segala pesonanya, lebih banyak kota berada dalam perebutan kesempatan untuk memperoleh pendidikan dasar. 

Kota-kota maju lagi bahagia menikmati moda transportasi super mutakhir, aman dan memacu produktivitas tinggi, kota-kota yang tertinggal menampakkan wajah angkutan yang arkais bahkan melawan modernisasi. Saat pemukiman dibangun dengan estetis untuk menyempitkan ruang kekumuhan, kita bahkan sulit untuk membangun rasa adil antara pengutang yang dikejar-kejar debt collector karena berani membeli rumah sehat, dengan mereka yang meminjam rasa aman di pemukiman liar. Dan ketika politisi-politisi kurang ide memandang dengan rasa iba hanya kepada golongan terakhir.

Dilema sosial di tiap kota harus dapat dituntaskan dan untuk itu dibutuhkan pemimpin nan heroik. Kota yang memiliki mimpi utopia sedang menunggu pemimpin heroik itu. Kota membutuhkan visioner kacamata kuda demi menuntaskan masalah-masalah elementer yang berlarut-larut. Mampu membangun motivasi kepada warganya supaya unggul bersama, tidak kemudian salah tingkah ketika mendengar lagu serak humanisme hingga membuat warganya takut memandang masa depan dan terus-terusan mengasihani diri sendiri.

Pinjamlah Big Stick Policy dari Theodore Roosevelt: bicaralah dengan lembut, akan tetapi siapkan pentungan besar. Bila perlu, pakailah perintah Tuhan pada Musa untuk berlembut- lembut bahkan kepada Firaun meskipun harus berakhir di Laut Merah. Sehingga apapun yang lintang pukang dan menghambat kemajuan kota segera terbereskan tanpa perlu meninggikan volume suara.

Sebagai model dan inspirasi, berikut ini ditampil profil beberapa kota terbaik di dunia yang mereka sebut Supercity. Pertama, Curitiba, Brazil. Dari hasil survei 99 % warga mengaku bahagia dengan Curitiba. Kota ini paling sering dijadikan referensi dalam penataan kota serta banyak meraih penghargaan internasional. Mampu menciptakan solusi-solusi kreatif dan dipenuhi area hijau.

Kedua, New York, Amerika Serikat. Memiliki Central Park yang sangat luas dan indah. Konser-konser musik besar dan festival film berlangsung di taman. Kehidupan multikultural yang harmonis. Punya perpustakaan umum termegah kedua di dunia. Wali Kota Bloomberg menganggarkan USD 2 miliar hanya untuk menjadikan New York sebagai pusat teknologi utama dunia.

Ketiga, Paris, Prancis. Penataan kota ini dilengkapi dengan fitur-fitur menarik, penataan taman yang indah dan spektakuler. Kota ini dipenuhi orang--orang cerdas dan bahagia. Telah melahirkan gerakan sosial, politikal dan intelektual yang revolusioner. Terdapat surga belanja dan wisata kuliner terbaik dunia.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline