Lihat ke Halaman Asli

Muhammad Natsir Tahar

TERVERIFIKASI

Writerpreneur Indonesia

Yang Bisa Damai di Bumi itu Hanya Masyarakat Kosmo?

Diperbarui: 20 Februari 2017   12:12

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ilustrasi: cdn2.tstatic.net

Dalam sebuah risalah dikisahkan, para malaikat berberat hati ketika Tuhan berfirman akan mengutus manusia ke muka bumi. Malaikat - malaikat risau, jika diwariskan bumi kepada manusia, maka mereka akan membuat kerusakan dan menumpahkan darah. Ketika malaikat mengatakan itu, manusia belum pernah ada dan Adam masih berbentuk blue print.

Malaikat tidak mungkin mendahului Tuhan sebagai ahli nujum dengan bola kristal yang seakan mampu memprediksi masa depan bumi. Salah satu kemungkinannya adalah, dalam cetak biru manusia sudah terlihat adanya elemen - elemen perusak.

Maka penindasan dan kekejaman akan selalu menjadi protret buram pada mozaik historia manusia mulai dari zaman megalitikum hingga dimensi kekinian makhluk Net Gener. Membuka kitab – kitab sejarah dunia, yang lebih banyak terlihat adalah rentetan penaklukan demi penaklukan untuk merengkuh kekuasaan dan meninggikan peradaban yang ditafsirkan sendiri. Tiran – tiran kejam nan haus darah sebut saja Alexander The Great, Nero, Caligula, Leopold II, Genghis Khan, Hitler, Pol Pot dan seterusnya akan selalu ada sampai matahari padam.

Algojo tukang cambuk dipelihara oleh penguasa dan orang - orang kuat, lalu siapa pula yang akan menyambuk mereka sendiri? Bajingan pula berhasil melarikan diri dan penyamun memakai topeng yang mulia. Jelata yang tertindas jangan sangka semua baik – baik belaka, ada juga yang suka membakar perampok sampai hangus.

Maka, jika keadilan di bumi tidak bisa ditegakkan maka keadilan Tuhan akan berbicara pada masanya. Untuk itu surga dihias dan tungku neraka dinyalakan. Maka sebenarnya kita tidak bisa terlalu banyak bicara untuk mendiktekan kebenaran, sampai lupa bagaimana memperbaiki diri sendiri.

****

Banyak konflik di dunia ini disebabkan kelekatan penuh pada identitas asali, lalu membuat penegasan sebagai entitas yang memiliki kebenaran tertinggi. Tidak ada yang bisa dihukum semata – mata karena ia terlahir sebagai Gypsi, Negro, Aborigin, Arab, Melayu atau Tionghoa. Bahkan untuk memilih agama, kita umumnya menumpang pada warisan genetika, bukan pada kegelisahan dan pengembaraan spritualitas pencarian Tuhan. Bukankah tak ada yang bisa memilih untuk terlahir dari rahim seorang ibu penyembah api?

Kita sudah lama terperangkap dalam pola pikir yang tidak sederhana. Setiap perbedaan diterjemahkan secara rumit. Kesalahan berpikir ini telah mengantarkan manusia pada sengketa agama dan klan, pembersihan etnis sampai dengan genosida. Ratusan juta orang terkapar sepanjang sejarah, akibat kesalahan berpikir semacam ini.

Agama – agama tidak akan pernah bisa disatukan karena platform dan doktrin yang mengiringinya tidak dibuat untuk saling mengisi tapi justru untuk saling menihilkan. Demikian juga dengan norma, ideologi dan sistem nilai parsial. Yang dapat menyatukan semuanya adalah nilai – nilai universal. Yaitu bahan baku kebaikan yang dapat diterima oleh nurani manusia dan dapat dibenarkan oleh ajaran agama manapun.

Ada suatu keyakinan bahwa sekumpulan nilai universal dirumuskan untuk komunitas global. Manusia bukan apa-apa, baik dari perilaku maupun moralnya jika dia menutup diri atau terisolasi. Nilai ini berada dalam hubungan antara manusia satu dengan manusia lain. Nilai ini berlaku dalam komunikasi dan komunikasi tidak mungkin terjadi jika banyak nilai yang secara umum berbeda membelit masing-masing individu.

Tanpa bercermin pada nilai – nilai universal maka keturunan Adam di planet biru ini sukar untuk didamaikan. Sebagian manusia sejak lama diwarisi oleh histeria kolosal zaman perunggu, yang berbicara berdasarkan warna kulit dan menyapa perbedaan dengan senjata.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline