Lihat ke Halaman Asli

Muhammad Natsir Tahar

TERVERIFIKASI

Writerpreneur Indonesia

Setidaknya Jadilah Setengah Teddy Bear

Diperbarui: 29 Oktober 2016   11:15

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ilustrasi: ichef.bbci.co.uk

Ia adalah bagian dari enam generasi yang mewarisi pelbagai penyakit degeneratif parah. Sejak lahir pemuda ini sudah mengalami serangan asma bronkial yang disebabkan pembengkakan selaput lendir dengan sekresi yang akut. Ia juga rabun dan tulang – tulangnya begitu rapuh.

Episode tersebut terjadi selama masa anak – anak pada interval yang tinggi. Ia sering tiba - tiba terbangun dari tidur nyenyaknya dengan terengah - engah, sesak napas, dan wajahnya pucat membiru. Erangan - erangan halus sering menemani hari – harinya. Pesakit kecil ini kelelahan dan tidak bisa bernapas ketika berbaring. Saluran ususnya juga sangat sensitif sehingga begitu terbatuk, celananya segera dikotori oleh tinja cair.

Perkembangan fisiknya terganggu. Tubuhnya kecil, pucat dan kerempeng. Penderitaannya dilengkapi dengan kaki kurus, mata biru lebam dan rambut berpasir. Giginya menonjol, ortodontik dan akan disembunyikan dengan kumis walrus di kemudian hari agar ia bisa nyaman mendekati wanita muda. 

Ia gagal tumbuh sebagai pria di atas kursi roda dengan kacamata bulat setebal alas botol, di mana orang – orang akan memaklumkan kondisi itu. Karena sejak kecil ia dipeluk oleh malaikat sebagai ayah kandungnya. Sang malaikat mengatakan: “Percuma saja engkau belajar keras kalau tubuhmu rapuh. Kendaraan pribadimu yang lemah itu tak akan pernah bisa membawamu ke masa depan yang engkau impikan lewat sekolah.”

Dengan lembut sang ayah mendorong pemuda ini untuk membangun tubuhnya secara sistematis di gimnasium pribadi di teras rumah mereka. Ia membuat lompatan kuantum setelah bertahun – tahun berlatih dengan sangat keras. Bentuk dadanya yang sempit perlahan berubah menjadi berotot dan bidang.

Kelemahan lain datang dari rabun jauh ekstrem. Ini pun agak terlambat diketahui karena ia tidak pernah belajar di sekolah formal mengingat fisiknya lemah. Dengan kacamata berlensa tebal ia berlatih menembak sampai mahir. Bahkan terobsesi membangun keunggulan dalam permainan dan olahraga yang menyerukan kekuatan, ketahanan dan keterampilan seperti tinju, gulat, mendayung, berkuda dan mendaki gunung. Ia bahkan menjadi petenis yang andal bahkan judo, karate dan renang dilahapnya.

Berkat kerja kerasnya dalam belajar ia pun diterima bersekolah di Harvard sebelum belajar hukum di Columbia Law School.

Pemuda itu bernama Teddy sang pemburu. Ia senang berburu beruang sehingga darinya terlahir boneka Teddy Bear. Konon nama Teddy Bear berasal dari kejadian saat Teddy bepergian berburu beruang di Mississippi. Ada beberapa pemburu yang saling berkompetisi, dan sebagian besar sudah berhasil mendapat buruannya, sementara Teddy belum.

Pembantu Teddy berhasil menggiring dan mengikat seekor beruang hitam yang terluka di pohon Gandarusa setelah pengejaran yang panjang dan melelahkan. Mereka memanggil Teddy dan menyarankan untuk menembaknya. Namun Teddy menolak atas alasan tidak sportif dan meminta agar hewan tersebut dirawat saja ketimbang dimatikan dengan cara konyol.

Kisah dramatis ini pun tersiar kemana – mana. Teddy Bear dibuat pertama kali secara simultan oleh pengrajin mainan Morris Michtom di Amerika Serikat dan Richard Steiff di Jerman pada awal abad ke-20. Boneka Teddy Bear menjadi mainan ikonik, disebarkan ke dunia dalam cerita anak, lagu dan tentu saja difilmkan.

Namun ia kurang suka dipanggil Teddy tapi lebih senang disebut T.R sebagai singkatan dari Theodore Roosevelt. Nama ini juga diabadikan pada sebuah kapal induk pesawat tempur Amerika Serikat : USS Roosevelt.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline