Lihat ke Halaman Asli

Muhammad Natsir Tahar

TERVERIFIKASI

Writerpreneur Indonesia

Berteriaklah di Sudut Pidato!

Diperbarui: 28 Juni 2018   12:32

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ilustrasi: www.bbc.com

Mungkin saja bukan Habibie, orang Indonesia yang paling pintar bikin pesawat, siapa tahu Atan Kobel yang tengah mengayuh sampan di tepi bakau dan tinggal dekat - dekat sini juga bisa. Barangkali Teori Relativitas Albert Enstein sempat terlintas di benak seorang penyapu jalan atau pemanjat pohon kelapa.

Siapa tahu bukan hanya Ibnu Sina (Avicenna) yang layak dijuluki sebagai raja obat dunia, karena bisa saja tukang urut buta tak berijazah juga dikaruniai kecanggihan otak yang sama.

Apakah Anda yakin hanya Pythagoras yang mampu mencetuskan postulat – postulat geometri? Dan siapa bilang cuma orang semacam Martin Luther King yang paling pandai bercakap – cakap di atas podium.

Kita tidak tahu, bisa saja seorang pengangguran yang kerjanya tiap hari main domino di pangkalan ojek punya IQ 180 seperti Leonardo da Vinci. Seorang pembual kelas kedai kopi mungkin saja punya ide akbar yang mampu mengubah masa depan Indonesia, tapi karena lawan bicaranya punya benak buntu, maka ide – ide brilian si pembual menguap ke udara bersama kepulan asap rokok.

Kita bicara tentang kemampuan olah otak, tentang karunia Ilahi, tentang keajaiban makhluk bernama manusia. Jangan itu diukur dengan angka rapor, dengan jenjang pendidikan atau panjang pendeknya gelar. Sekolah kita lebih banyak menyanjung tinggi para penghapal bukan pemikir. Ukuran otak diletakkan pada kemampuan fotografis bukan analitis. Talen – talen diseragamkan dan diciutkan pada satu perspektif sempit yang disebut kurikulum.

Bahwa bisa saja di sudut – sudut tak penting, kumuh dan hina itu lahir seorang pemikir hebat. Tapi karena cita – cita mereka hanya setinggi atap rumah, maka jadilah ia seorang penoreh getah. Mau menyumpah kepada siapa kita, jika ternyata seorang emak – emak pengupas bawang di pasar pagi punya kemampuan menulis yang sama dengan J K Rowling, seorang ibu rumah tangga yang “meledak” usai menulis Harry Potter.

Sekolah, kemiskinan, lingkungan dan cita – cita yang hanya setinggi tiang jemuran lah yang membuat orang – orang hebat ini “menyamar” menjadi jelata biasa yang kelihatannya tak tahu apa – apa. Padahal jika mereka segigih Alfa Edison, mereka juga mampu menciptakan bola lampu.

Lalu bagaimana cara kita dapat menemukan manusia – manusia ajaib ini dan membongkar “penyamaran” mereka? Tulisan ini memang bermajas hiperbola, menggadang – gadangkan sesuatu yang diambil dari kotak imaji. Tapi percayalah, siapa yang berani menutup kemungkinan itu.

Mengenang – ngenang tentang fenomena ini saya teringat tentang Speakers Corner yang sudah sangat melagenda di kota London. Jika kita membaca tentang London di sana kita akan menemukan Hyde Park.

Hyde Park adalah taman yang sangat luas di tengah kota London di dalamnya terdapat sebuah fasilitas publik yang disebut Speakers’ Corner.

Hyde Park Speakers’ Corner ini sudah ada sejak abad 19 yang disediakan pemerintah Inggris untuk mendukung kebebasan berbicara (the right to speak). Speakers’ Corner jika diterjemahkan bebas dapat diartikan sebagai Sudut Pidato.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline