Lihat ke Halaman Asli

From Zero to Hero...

Diperbarui: 23 Juni 2015   23:23

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ekonomi. Sumber ilustrasi: PEXELS/Caruizp

Saya masih ingat, 5-6 tahun yang lalu saat kenal pak Gunawan, waktu itu masih bekerja dan paruh-waktu menjadi tukang servis AC rumah. Sesaat sebelum kami pindah rumah ke Cikupa, pak Gunawan sudah tidak bekerja lagi tapi sudah mengelola 2 perusahaan sendiri bergerak dibidang perbaikan dan pemeliharaan perangkat rumah tangga serta sewa kendaraan. Saat itu pak Gunawan sudah memiliki karyawan lebih dari 5 orang, dan 3 unit mobil Toyota Avanza untuk disewakan.

Saat awal saya kenal, pak Gunawan bekerja di perusahaan sekitar Cikarang dengan gaji sekitaran UMK lebih sedikit, dan waktu itu pak Gunawan berencana pindah kerja dan minta bantuan saya kalau ada lowongan pekerjaan dengan alasan pendapatan yang kurang memadai di perusahaannya saat itu. Sehingga ia berupaya mencari pendapatan tambahan untuk menutupi kekurangan dari gaji saat itu dengan cara menjadi tukang cuci AC. Pekerjaan tambahan itu harus dia lakukan setelah jam kerja usai dan juga hari libur.

Kelebihan pak Gunawan dibanding tukang servis AC lain adalah ia memberikan jaminan penuh atas hasil pekerjaannya tanpa batas waktu dan biaya tambahan. Lambat laun, kepuasan pelanggan pak Gunawan mulai membuahkan hasil. Dalam hitungan bulan pelanggannya sudah mulai banyak dan ia tidak bisa lagi melakukannya sendiri dan harus dibantu 1 orang untuk menangani permintaan servis saat hari kerja. Juga baiknya adalah pak Gunawan akan tetap bertanggung jawab terhadap hasil pekerjaan anak buahnya, dan ia lakukan saat selesai kerja atau hari libur. Demikian terus berjalan, kini para pelanggannya termasuk kami, mulai memintanya melakukan perbaikan tidak hanya AC tapi juga perangkat rumah tangga lain. Lambat laun, bisnis pak Gunawan berkembang sehingga ia membuka kios servis “Mutiara Teknik” di depan rumahnya dan tambahan tenaga teknisi. Sampai suatu waktu, tabungannya cukup besar untuk membayar uang muka 1 unit Toyota Avanza bekas. Tapi, mobil itu tidak cuma dipakai untuk keperluan pribadi, jika pelanggannya ada yang meminta jasa antar-jemput atau bahkan sewa, dengan senang hati pak Gunawan akan memenuhi dengan harga yang kompetitif dan sesuai harga pasar yang berlaku sehingga tidak menimbulkan konflik dengan usaha rental kendaraan sejenis. Berikutnya anda sudah tahu.

Bagaimana mungkin orang dengan pendapatan dikisaran UMK mampu membangun usaha dengan nilai aset ratusan juta rupiah dalam tempo kurang dari 5 tahun saja?

Seseorang dikatakan miskin apabila apa yang didapatkan menjadi habis dikonsumsi sehingga tidak sisa sedikitpun untuk disimpan. Berapapun yang anda dapat, 1 juta, 10 juta, 100 juta bahkan 1 milyar, jika langsung habis tanpa ada yang bisa anda simpan, maka anda masuk dalam kategori miskin.

Sebaliknya, seorang bisa menjadi kaya jika pendapatannya disisihkan untuk membangun aset, apakah melalui bank, leasing, tabungan, atau sumber lain. Ketimbang dikonsumsi, barang-barang itu, seperti rumah, mobil, motor, dan lainnya, disewakan atau diusahakan sehingga menghasilkan pendapatan bagi orang tersebut.

Bagaimana jika kita tidak memiliki kelebihan pendapatan dalam bentuk uang seperti kasus pak Gunawan? Ya kita bisa menggunakan waktu dan skill kita. Waktu juga adalah aset. Pak Gunawan berkomitmen untuk menggunakan sisa waktunya diluar pekerjaan untuk membangun aset ketimbang dipakai untuk istirahat atau kongkow-kongkow.

Dalam kaitannya dengan produktivitas, mencari surplus bisa dengan cara menambah pendapatan atau penghematan pengeluaran atau kombinasi keduanya. Kemudian, kelebihan yang kita peroleh mesti segera dikonversi menjadi aset, bukan dikonsumsi habis. Jika itu yang kita lakukan, tidak heran jika kita bisa menjadi hero from zero.




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline